kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Market volatile, ini cara jitu tangkal virus panik di tengah pandemi  


Selasa, 07 April 2020 / 14:09 WIB
Market volatile, ini cara jitu tangkal virus panik di tengah pandemi  
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di BEI, Jakarta (6/4/2020).


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar finansial yang bergerak liar selama sebulan terakhir, menyebabkan investor terus dibayangi rasa was-was. Apalagi, ancaman penyebaran virus corona membuat pasar modal di seluruh kawasan Asia bergerak volatile. Termasuk pasar modal Indonesia.

Di tengah pandemi COVID-19, dalam kondisi pasar dengan tingkat volatilitas yang sangat tinggi, tentu investor khawatir, bingung, dan panik tidak tahu apa yang harus dilakukan pada portofolio investasinya.

Nah, agar tidak salah langkah, Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), memberikan tips jitu untuk menghindari virus panik. Seperti apa?

Baca Juga: Ini deretan saham defensif pilihan Samuel Sekuritas Indonesia
 
Freddy menjelaskan, semua produk investasi tentunya memiliki risiko, walau sekecil apa pun. Profil risiko akan menentukan batas risiko atau tingkat kesiapan seorang investor dalam menanggung tingkat volatilitas – baik penurunan ataupun kenaikan - di berbagai instrumen investasi yang dimilikinya.
"Dengan mengetahui profil risiko, investor bisa menentukan kelas aset mana yang paling sesuai," jelasnya. 

Menurutnya, reksadana merupakan instrumen investasi yang cocok bagi banyak kalangan karena memiliki banyak ragam dengan tingkat risiko yang berbeda-beda, sehingga dapat disesuaikan dengan beragam profil dan kebutuhan investor.
 
Bagaimana dengan investor yang tidak suka dengan volatilitas berlebihan dan merasa cukup nyaman dengan potensi imbal hasil investasi yang tidak terlalu tinggi? Untuk jenis investor ini, biasanya mereka masuk pada profil risiko konservatif.

Baca Juga: Turun lebih dari 30% sejak awal tahun, ini rekomendasi saham industri dasar

"Profil risiko konservatif bisa juga terjadi karena kebutuhan investasi jangka pendek. Sebaliknya, investor yang tidak takut dengan volatilitas dan ingin mengejar potensi imbal hasil yang tinggi, terutama karena jangka waktu investasinya panjang, biasanya akan jatuh pada profil agresif," paparnya. 
Nah, jika investor cenderung berada ‘di tengah-tengah’, profil risikonya adalah moderat.
 
Secara umum, lanjut Freddy, reksadana pasar uang cocok untuk profil risiko konservatif, reksadana pendapatan tetap untuk profil risiko moderat, dan reksadana saham untuk profil risiko agresif. 

"Namun tentu saja bauran dari tingkat keberanian investor menghadapi volatilitas, target imbal hasil yang diinginkan dan jangka waktu investasi akan sangat beragam.  Bisa saja investor dengan profil risiko konservatif tetap mengalokasikan sedikit dananya di reksa dana saham, atau investor berprofil risiko agresif punya sedikit kebutuhan jangka pendek dapat dipenuhi oleh reksa dana pasar uang," urainya.

Yang perlu dicatat adalah profil risiko dan kebutuhan investasi setiap orang berbeda, dan menentukan portofolio investasi hanya dengan ikut-ikutan pilihan kebanyakan orang lain adalah tidak tepat. "Jadi, di saat orang lain panik saat ini, kita tidak perlu ikut-ikutan panik!  Ingat, kebutuhan investasi dan portofolio investasi Anda tidak sama dengan orang lain," pesannya.

Baca Juga: Diuntungkan WFH, ini rekomendasi untuk emiten media dan streaming
 
Lantas, di mana sebaiknya uang yang dimiliki disimpan di tengah pandemi COVID-19?

Freddy memaparkan, pandemi telah menekan pasar finansial di hampir seluruh kawasan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kondisi pasar yang terus terkoreksi membuat investor cenderung hati-hati dalam menempatkan dananya dan memilih untuk memegang tunai. Apakah tepat menyimpan porsi tunai di kondisi seperti saat ini?
 
"Memilih untuk memegang dana tunai memang membuat kita bisa dengan mudah menggunakannya seandainya ada kebutuhan mendadak saat kita sedang #dirumahaja. Namun perlu diingat, nilai uang kita tidak akan berkembang, dan justru tergerus inflasi," papar Freddy. 

Baca Juga: Menilik prospek saham perbankan di tengah pandemi Covid-19
 
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, menempatkan uang di reksadana yang dikelola oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pengelolaan investasi dapat menjadi pilihan di tengah kebingungan. Dan yang sama pentingnya juga, sesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan investasi kita. 
 
Freddy juga mengingatkan, jika berkaca dari kondisi krisis dan kepanikan pasar di masa lalu seperti pada krisis Asia 1998 dan krisis global 2008, terlihat bahwa koreksi tajam yang terjadi di pasar finansial cenderung diikuti dengan kenaikan tajam setelahnya, dalam jangka menengah-panjang.

"Jadi, tetaplah berinvestasi sesuai profil risiko untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang. Untuk kenyamanan, carilah manajer investasi yang memiliki platform investasi digital sehingga kita dapat berinvestasi #dirumahaja," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×