kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Market volatile, ini cara jitu tangkal virus panik di tengah pandemi  


Selasa, 07 April 2020 / 14:09 WIB
Market volatile, ini cara jitu tangkal virus panik di tengah pandemi  
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di BEI, Jakarta (6/4/2020).


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar finansial yang bergerak liar selama sebulan terakhir, menyebabkan investor terus dibayangi rasa was-was. Apalagi, ancaman penyebaran virus corona membuat pasar modal di seluruh kawasan Asia bergerak volatile. Termasuk pasar modal Indonesia.

Di tengah pandemi COVID-19, dalam kondisi pasar dengan tingkat volatilitas yang sangat tinggi, tentu investor khawatir, bingung, dan panik tidak tahu apa yang harus dilakukan pada portofolio investasinya.

Nah, agar tidak salah langkah, Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), memberikan tips jitu untuk menghindari virus panik. Seperti apa?

Baca Juga: Ini deretan saham defensif pilihan Samuel Sekuritas Indonesia
 
Freddy menjelaskan, semua produk investasi tentunya memiliki risiko, walau sekecil apa pun. Profil risiko akan menentukan batas risiko atau tingkat kesiapan seorang investor dalam menanggung tingkat volatilitas – baik penurunan ataupun kenaikan - di berbagai instrumen investasi yang dimilikinya.
"Dengan mengetahui profil risiko, investor bisa menentukan kelas aset mana yang paling sesuai," jelasnya. 

Menurutnya, reksadana merupakan instrumen investasi yang cocok bagi banyak kalangan karena memiliki banyak ragam dengan tingkat risiko yang berbeda-beda, sehingga dapat disesuaikan dengan beragam profil dan kebutuhan investor.
 
Bagaimana dengan investor yang tidak suka dengan volatilitas berlebihan dan merasa cukup nyaman dengan potensi imbal hasil investasi yang tidak terlalu tinggi? Untuk jenis investor ini, biasanya mereka masuk pada profil risiko konservatif.

Baca Juga: Turun lebih dari 30% sejak awal tahun, ini rekomendasi saham industri dasar

"Profil risiko konservatif bisa juga terjadi karena kebutuhan investasi jangka pendek. Sebaliknya, investor yang tidak takut dengan volatilitas dan ingin mengejar potensi imbal hasil yang tinggi, terutama karena jangka waktu investasinya panjang, biasanya akan jatuh pada profil agresif," paparnya. 
Nah, jika investor cenderung berada ‘di tengah-tengah’, profil risikonya adalah moderat.
 
Secara umum, lanjut Freddy, reksadana pasar uang cocok untuk profil risiko konservatif, reksadana pendapatan tetap untuk profil risiko moderat, dan reksadana saham untuk profil risiko agresif. 




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×