kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Marjin laba bersih TOTL turun lebih 1%, kenapa?


Jumat, 06 Desember 2013 / 15:19 WIB
Marjin laba bersih TOTL turun lebih 1%, kenapa?
ILUSTRASI.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Pada Kuartal III tahun ini, pendapatan dan laba bersih TOTL naik masing-masing 27% dan 19% menjadi Rp 1,37 triliun dan Rp 166,41 miliar. Namun, marjin laba bersih atau net profit marjin (NPM) TOTL justru mengalami penurunan.

Rinciannya, NPM TOTL pada kuartal III 2013 sebesar 9,59%. Sementara, pada kuartal III 2012, NPM TOTL sebesar 10,22%. Dengan kata lain, NPM TOTL turun sekitar 1,06%.

Moeljati Soetrisno, Direktur TOTL bilang, selain karena naiknya upah minimum tenaga kerja, penurunan dipicu booming industri properti Indonesia sejak beberapa waktu belakangan ini. "Gara-gara booming, proyeknya membanjir, sehingga mencari pekerja lapangan menjadi lebih susah," imbuhnya, (6/12).

Jadi, supaya lebih mudah dalam mencari pekerja, khususnya para buruh bangunan lengkap dengan kordinatornya alias mandor, manajemen memberikan berbagai macam bonus untuk merayu mereka ikut dalam proyek TOTL.

Misalnya, manajemen memberikan voucher makanan di luar jatah makan sehari-hari buruh bangunan. Soalnya, selama ini buruh bangunan memiliki kebiasaan untuk mudik setelah dua minggu bekerja, dan baru kembali kerja seminggu kemudian.

"Kami berikan voucher harian, supaya mereka lebih rajin. Supaya enggak perlu menunggu sampai seminggu untuk kembali bekerja," tutur Moeljati.

Bahkan hanya itu, manajemen juga memberikan bonus yang lebih besar bagi para mandor. Misalnya, jika ada mandor yang mampu mengerahkan anak buahnya untuk melakukan pengecoran hingga beberapa lantai dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan, maka mandor tersebut dihadiahi sebuah sepeda motor.

Trik semacam ini dinilai ampuh dalam hal menggaet buruh bangunan meski anggaran upah yang dikeluarkan menjadi lebih besar. Kuartal III 2013, anggaran soal upah pekerja TOTL sebesar Rp 99,54 miliar, naik 9,84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 90,62 miliar.

"Meski tidak secara langsung, tarif listrik, pelemahan kurs, dan bahan bakar juga menekan NPM kami. Karena tiga hal itu, sektor-sektor penunjang bisnis kami akhirnya ikut menaikan harga produk dan jasanya," jelas Moeljati.

Paling tidak, dampak dari tiga kondisi makro tersebut bisa dilihat dari beban kontrak jasa konstruksi TOTL naik 18% menjadi Rp 1,24 triliun dari sebelumnya Rp 1,05 triliun. Jika ditotal dengan pos lain, maka beban pokok pendapatan TOTL naik 27% menjadi Rp 1,41 triliun dari sebelumnya Rp 1,11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×