Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stabilitas rupiah menjadi kunci dalam membuka prospek positif ada pasar saham dan obligasi dalam negeri, di tengah sentimen global yang menekan.
Sepanjang tahun ini, pasar finansial Amerika Serikat sangat superior sementara pasar finansial negara-negara berkembang termasuk Asia cenderung tertekan. Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memproyeksikan kondisi ekonomi dan pasar finansial AS hingga akhir tahun akan tetap baik. Volatilitas yang ada saat ini lebih banyak disebabkan oleh sentimen dibandingkan fundamental.
Di November akan ada pemilu kongres AS dan secara historis setelah peristiwa tersebut pasar saham di AS biasanya meningkat karena adanya kejelasan, terlepas dari partai mana yang menguasai parlemen.
Untuk 2019, kondisi akan sedikit berubah, karena dampak dari pemotongan pajak di 2018 sudah semakin mereda. Hal ini membuat ekspektasi laba korporasi AS untuk tahun 2019 lebih kecil dibandingkan 2018.
"Belum lagi pengenaan tarif impor antara AS dan Tiongkok dan sebaliknya sudah mulai terasa ke perekonomian domestik AS," kata Freddy, dalam keterangan tertulis, Jumat (19/10).
Sementara, untuk kawasan Asia, Freddy mengatakan dengan semakin mengerucutnya konflik perdagangan, maka akan ada kejelasan dan seharusnya tahun depan kondisi akan lebih stabil.
Di kuartal IV 2018 dalam jangka pendek Freddy memproyeksikan volatilitas masih akan terjadi. Dari sisi global, ada beberapa peristiwa yang membuat pasar akan bergerak cenderung fluktuatif. Pertama, kenaikan Fed Fund Rate diperkirakan masih akan naik satu kali lagi. Kedua, berita-berita mengenai konflik perdagangan masih akan muncul hingga akhir tahun nanti. Ketiga, harga minyak yang akhir-akhir ini terlihat cenderung meningkat.
Sementara, dari sisi domestik, rupiah diperkirakan masih akan melemah. Defisit neraca berjalan sepanjang 2018 berada di level 3%. Selanjutnya, yang dinanti adalah laporan laba perusahaan di kuartal ketiga seperti apa.
Freddy mengatakan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi kunci pertimbangan investor asing mengambil keputusan berinvestasi di Indonesia.
Untungnya, baik pemerintah maupun BI terlihat sangat berupaya membuat rupiah kembali stabil dengan berbagai kebijakan, seperti kebijakan B20, skala prioritas proyek infrastruktur, pengenaan tarif impor untuk 1.150 produk yang dianggap substitusinya ada di dalam negeri, terakhir kebijakan mengenai konversi devisa hasil ekspor.
"Kami berharap semua akan ada hasilnya terhadap stabilitas rupiah, tetapi tidak secara instan, dan pada saat rupiah sudah stabil, kita berharap pasar finansial Indonesia akan kembali membaik," kata Freddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News