Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pemerintah memang baru merilis obligasi negara ritel (ORI) seri 009 pada Oktober. Namun, para manajer investasi sudah bersedia membundel seri ini dalam reksadana. Skema produk tak jauh beda dengan seri sebelumnya menjadi daya tarik tersendiri.
Satu manajer investasi yang tertarik menerbitkan reksadana adalah PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI). Mereka berminat menggunakan ORI 009 sebagai aset dasar reksadana terproteksi.
Andreas Gunawidjaja, Direktur Mandiri Manajemen Investasi mengatakan, ORI menjadi salah satu instrumen yang dipertimbangkan karena peminatnya selama ini cukup banyak. Dia bilang, ORI memang paling bagus jika dibalut dengan reksadana terproteksi, apalagi struktur ORI 009 berjangka waktu relatif singkat yakni tiga tahun.
"Reksadana proteksi lebih tepat karena akan lebih menguntungkan apabila investor menggenggam hingga jatuh tempo," ujar dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Meski begitu, Mandiri Manajemen belum bisa merinci skema penawaran. Tapi yang pasti, Andreas memprediksi kupon ORI 009 akan lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini karena imbal hasil obligasi benchmark terus menurun.
Perubahan skenario pemerintah membuat manajer investasi harus memundurkan jadwal penerbitan reksadana berbasis ORI. Salah satu aturan tersebut adalah kewajiban bagi investor tidak boleh langsung menjual ORI. "Kalau kami tidak masalah, tinggal masalah menunggu," ujar dia.
Harga lebih mahal
Direktur PT Infovesta Utama Parto Kawito berpendapat skema bisa menyulitkan manajer investasi. Sebab bisa jadi, harga ORI 009 setelah masa minimum holding period dalam satu kali pembayaran kupon kemungkinan bisa lebih mahal.
Nah, agar return tetap menarik, Parto menyarankan MI tidak membebankan fee terlalu besar. Tahun lalu, return reksadana terproteksi berbasis ORI 008 diindikasikan bisa mencapai 7%.
Parto mengatakan reksadana ORI menarik karena pajak yang dibebankan lebih ringan daripada berinvestasi langsung di ORI. Jika investasi langsung, bunga ORI akan terkena pajak final 15%. Sementara reksadana ORI hanya terkena pajak 5%. "Obligasinya sendiri selalu laku, dan reksadananya pasti akan laku," kata dia.
Meski begitu ada beberapa manajer investasi yang tidak tertarik meracik reksadana berbasis ORI. Yulius Manto, Direktur Batavia Prosperindo Asset Manajemen bilang, investor ritel cenderung berinvestasi ORI secara langsung. "Kami sama sekali tidak ada rencana kesana," tutur dia.
Fadlul Imansyah, Vice President of Market Investment CIMB Principal Asset Management mengatakan, pajak obligasi yang rencananya berlaku di 2014 menjadi alasan belum ada rencana menerbitkan reksadana ORI. CIMB saat ini menghindari risiko kenaikan pajak. Apalagi instrumen ORI bertenor tiga tahun jatuh tempo 2015. Jika pajak obligasi naik menjadi 15% di 2014, maka return tidak akan sebaik return memegang ORI secara langsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News