Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Sedangkan, bagi manajer investasi dengan banyaknya dealer partisipan maka bisa meningkatkan likuiditas perdagangan reksadana ETF. Peningkatan likuiditas ini memberikan insentif tambahan bagi investor karena quotasi harga semakin menarik.
Baca Juga: BEI tunggu persetujuan OJK atas pembebasan biaya transaksi ETF
Diharapkan investor akan semakin banyak menempatkan dana di reksadana ETF dan dana kelolaan reksadana ETF bisa semakin meningkat.
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, pembebasan biaya transaksi bisa menambah jumlah investor ritel. Maklum, hingga saat ini, mayoritas investor reksadana ETF berasal dari investor institusi.
"Harapannya dengan jumlah dealer partisipan yang bertambah jumlah investor baik institusi maupun ritel di reksadana ETF bisa ikut bertumbuh," kata Wawan.
Sedangkan, Guntur mengatakan masalah biaya transaksi bukan menjadi salah satu faktor yang menghambat perkembangan ETF. Mengaca pada perkembangan reksadana ETF dalam tiga tahun terakhir cukup pesat.
Baca Juga: Majoris Asset Management meluncurkan produk ETF perdana
Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana ETF tumbuh 2,5 triliun sejak awal tahun menjadi Rp 14,16 triliun hingga per Juni 2019.
Namun, Guntur tidak memungkiri perkembangan reksadana ETF memang belum maksimal karena perlu ada upaya sosialisasi, kerjasama, dan edukasi yang lebih aktif serta menyuluruh dari seluruh partisipan seperti BEI, OJK, delaer partisipan, manajer investasi, Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News