Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 31 emiten di jajaran indeks LQ45 telah melaporkan kinerja keuangan kuartal III-2022. Mayoritas emiten punya kinerja apik dengan meraih lonjakan laba bersih.
Sektor perbankan solid mencetak pertumbuhan laba di level double digit. Begitu pula dengan sektor energi berbasis batubara yang laba bersihnya meroket triple digit alias ratusan persen dalam periode sembilan bulan.
Sektor teknologi juga bisa membukukan bottom line yang cemerlang akibat perolehan laba investasi. Tengok saja PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Laba bersih EMTK per kuartal III-2022 meroket 2.454% secara tahunan (YoY). Lonjakan signifikan itu didorong oleh laba atas investasi neto EMTK yang melesat 1.741,64% menjadi Rp 5,06 triliun.
Nasib serupa dialami BUKA, yang kinerjanya terdongkrak laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi. BUKA membukukan Rp 5,13 triliun, dari posisi nol per kuartal III-2021.
Baca Juga: Bursa Efek Indonesia Luncurkan Indeks IDX LQ45 Low Carbon Leaders
BUKA pun berhasil membalikkan kinerja dari posisi rugi Rp 1,12 triliun per kuartal III 2021 menjadi laba bersih Rp 3,62 triliun hingga September 2022.
Meski mayoritas laba LQ45 melonjak tajam, tapi dampaknya terhadap kenaikan harga saham setelah rilis kinerja tak begitu signifikan. Analis melihat sejumlah faktor yang melatari kondisi tersebut.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyoroti pergerakan LQ45 sejalan dengan gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Laju LQ45 masih tertahan oleh MA60, meski pada perdagangan Jum'at (11/11) disertai dengan tekanan beli yang besar.
Di sisi lain, Herditya melihat pelaku pasar sudah terlebih dulu mengantisipasi pertumbuhan kinerja emiten LQ45 sebelum laporan kuartal III dirilis. Artinya, ekspektasi pelaku pasar sudah tercermin pada harga saham saat laporan terbit alias priced in.
"Melihat dari respons pasar atas rilis laporan keuangan, tampaknya sudah tercermin dari pergerakan sebelum rilis. Jadi cenderung priced in, karena pelaku pasar sudah dapat memperkirakan kinerjanya," jelas Herditya kepada Kontan.co.id, Minggu (13/11).
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro turut memandang saham LQ45 sudah ter-price in. "Laporan keuangan hanya sentimen jangka pendek yang mengkonfirmasi kejadian selama tiga bulan sebelumnya. Jadi pasar akan lebih mencermati bagaimana prospek tiap saham ke depan," sebut Nico.
Sedangkan dari sisi kinerja keuangan per kuartal III-2022, rata-rata pertumbuhan net income terbesar dicatatkan oleh sektor teknologi, energi, industri, dan keuangan. Dengan catatan, lonjakan laba bersih sektor teknologi dipicu oleh peningkatan laba investasi.
Lebih lanjut, Nico menyoroti momentum sektoral masing-masing emiten. Dia mencontohkan saham-saham batubara yang secara kinerja masih kompak menunjukkan hasil yang cemerlang dalam periode sembilan bulan.
Namun, dengan sentimen yang ada saat ini ditambah volatilitas harga komoditasnya, saham-saham batubara cenderung meredup. Sebaliknya, pelaku pasar masih merespons positif terhadap prospek perbankan dan semen.
Contohnya pada saham emiten perbankan berkapitalisasi jumbo (big caps) seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Dalam sebulan terakhir, harga saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) juga masih menguat. Sementara itu, EMTK juga punya momentumnya tersendiri.
Tak hanya dari lonjakan laba bersih, tren naik EMTK ikut didorong ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek bisnisnya. Terutama dengan dominasi hak siar olahraga dan gelaran Piala Dunia 2022 yang segera bergulir.