Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) sejak awal tahun ini mulai menjual listrik. Melalui anak usahanya, PT Bekasi Power, Jababeka mengoperasikan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) berkapasitas 130 megawatt (MW) di Bekasi.
Emiten properti dan kontruksi ini sudah mempunyai pelanggan listrik selama 20 tahun ke depan, yakni PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Analis memproyeksi, PLTGU yang dibangun tahun 2007 itu bisa menjadi tambahan pendapatan baru KIJA.
Analis Bahana Securities, Salman Fajari Alamsyah, mengatakan, operasional PLTGU Jabebeka merupakan berita yang sangat ditunggu investor KIJA. Maklum saja, pendapatan perusahaan dari penjualan listrik cukup besar.
Salman memprediksi, nilai penjualan listrik mencapai US$ 115 juta per tahun dengan EBITDA margin mencapai 20%. Dia menyebut, beroperasinya PLTGU ini menyelamatkan kinerja emiten ini yang cenderung stagnan.
Menurut Salman, penjualan lahan industrial KIJA tidak akan terlalu agresif pada tahun ini. "Paling banter hanya ada kenaikan hingga 12% dari penjualan lahan industrial," ujar dia.
Analis BNI Securities, Maxi Liesyaputra berpendapat, pembangkit listrik akan menunjang kinerja jangka panjang KIJA. Sebab, selama 20 tahun ke depan, perusahaan memiliki pendapatan yang bisa dipastikan nilainya.
Ia menaksir, Bekasi Power menyumbang pendapatan sebesar US$ 85 juta per tahun. "Saya lihat pembangkit akan sumber pendapatan terbesar untuk tahun ini," imbuh Maxi.
Kinerja bertumbuh
Menurut analis Credit Suisse, Teddy Oetomo, kontribusi penjualan listrik bisa menaikkan laba bersih KIJA di 2013 sebesar 44,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp 579 miliar naik dari proyeksi laba Rp 400 miliar di tahun lalu.
Hitungan Maxi, pendapatan dan laba bersih KIJA di 2013 naik 35,7% menjadi Rp 1,9 triliun. Sementara, laba bersih akan naik 44,4% menjadi Rp 595 miliar dari proyeksi laba Rp 412 miliar di 2012.
Tak hanya dari bisnis listrik, menurut Maxi, penjualan lahan industrial masih akan cukup potensial. Permintaan terhadap lahan masih akan tinggi mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stabil.
Apalagi, fasilitas yang ditawarkan KIJA semakin lengkap dengan tersedianya pembangkit listrik dan dry port. Fasilitas KIJA itu juga diakui Teddy, cukup menguntungkan penjualan lahan industrial.
Teddy dalam risetnya mengatakan, lokasi yang strategis plus fasilitas kawasan industri merupakan nilai jual KIJA bagi investor. Bahkan, kawasan industri yang memiliki fasilitas dry port merupakan satu-satunya di Indonesia. Artinya, pembeli lahan KIJA memiliki alternatif pengangkutan selain Pelabuhan Tanjung Priok.
Karena itu, ketiga analis ini masih merekomendasi beli saham KIJA. Teddy menghitung, target harga KIJA di harga Rp 310. Ini mencerminkan price earning ratio (PER) 2013 8,6 kali.
Kalkulasi Maxi, harga KIJA di Rp 310 dengan PER 4,2 kali. Adapun, proyeksi Salman, harga KIJA di Rp 265 per saham dengan PER 10,3 kali. Lebih mahal dari PER industri 7,6 kali. Kemarin, harga KIJA di Rp 225 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News