Reporter: Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski bukan tergolong saham blue chip, tapi pesona saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terus memancar. Walhasil, harga saham BREN terus mendaki menciptakan rekor tertinggi baru. Lalu, apakah saham BREN layak dibeli atau dijual?
Saham blue chip adalah saham lapis satu dengan fundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar. Lonjakan harga saham BREN memang menjadikan saham ini berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), bahkan Asia Tenggara.
Namun saham BREN belum masuk kategori blue chip karena masih seumur jagung melantai di BEI.
Harga saham BREN pada perdagangan Selasa 7 Mei 2024 ditutup di level 9.875, naik 575 poin atau 6,18% dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak awal tahun 2024, harga saham BREN terakumulasi naik 2.275 poin atau 29,93%.
Kenaikan harga tersebut menjadikan saham BREN masih kokoh memimpin di posisi pertama dengan kapitalisasi pasar US$ 82,39 miliar atau Rp 1.321 triliun. Bahkan, emiten konglomerat Prajogo Pangestu ini berhasil menjadi emiten terbesar di Asia Tenggara.
Kemudian di susul oleh DBS Group Holdings Ltd asal Singapura dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 75,31 miliar. Masih di kawasan Asia Tenggara, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menduduki peringkat ketiga dengan kapitalisasi pasar US$ 74,57 miliar atau Rp 1.184 triliun.
Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia, posisi BREN masih jauh dari jajaran lima teratas. Berdasarkan riset Kontan.co.id, kapitalisasi pasar terbesar di Asia dipegang oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd.
Hingga penutupan perdagangan Selasa (7/5), Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar U$ 629,65 miliar. Menyusul perusahaan asal Hong Kong, Tencent Holdings Ltd sebesar US$ 447,09 miliar.
Baca Juga: Saham Barito Renewables (BREN) Kembali Mencetak Level Tertinggi Sepanjang Masa
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan secara fundamental pasar saham Indonesia masih cukup kokoh dan kinerja para emiten juga masih menarik.
"Penguatan harga saham akan diikuti dengan penguatan kinerja dari fundamental dan kinerja emiten yang ada di Indonesia masih cukup baik untuk bisa menarik investor," kata Nico.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menimpali kondisi fundamental makro ekonomi domestik dalam negeri yang cukup kuat agar menarik investor asing untuk menempatkan dananya di pasar saham Indonesia.
Selain itu, BEI juga memiliki jumlah emiten yang cukup banyak sehingga bisa menjadi pilihan bagi investor. Dari sisi suplai, jumlah gelaran initial public offering (IPO) Indonesia juga masih terus bertumbuh.
"Tren IPO dalam negeri terus mengalami peningkatan yang progresif. Dengan jumlah emiten yang terus bertambah, maka kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia juga akan ikut meningkat," jelasnya.
Adapun dari jajaran kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, Nafan masih belum memberikan rekomendasi pada BREN. Nafan merekomendasikan accumulative buy BBCA dan BMRI dengan masing-masing target harga terdekat di Rp 10.000 dan Rp 6.950.
Serupa, Nico juga belum rekomendasi saham BREN. Saham jagoan Nico jatuh pada BBCA, BMRI, BBRI, TLKM, ASII, BBNI dan AMRT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News