kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Level CDS naik 32% masih karena virus corona


Jumat, 28 Februari 2020 / 18:49 WIB
Level CDS naik 32% masih karena virus corona
ILUSTRASI. Penyebaran virus corona membuat pasar emerging market, seperti Indonesia dijauhi.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia semakin tinggi. Analis mengatakan penyebaran virus corona membuat pasar emerging market, seperti Indonesia dijauhi.

Berdasarkan Bloomberg, Rabu (27/2), level credit default swap (CDS) Indonesia tenor 10 tahun cenderung bergerak naik 32% ke level 156,09 dari level terendahnya di 117,77 pada Senin (17/2)

Kompak, level CDS tenor 5 tahun juga naik 42% ke level 83,52 per Jumat (28/2) dari level terendahnya di 58,70 pada Kamis (20/2).

Baca Juga: Kepemilikan Asing di Surat Berharga Negara (SBN) Menciut

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management, Darma Yudha mengatakan level CDS bergerak naik karena semakin banyak negara di luar kawasan China bahkan Asia yang terjangkit virus korona. Dampaknya investor asing jadi beralih menarik dulu kepemilikan investasi, termasuk di pasar surat utang emerging market dan beralih ke aset safe haven.

Kekhawatiran tersebut pun tampak dari kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) yang menurun. Tercatat, sejak Jumat (21/2), kepemilikan asing turun Rp 16,43 triliun ke Rp 1.053 triliun per Rabu (26/2).

Meski begitu, Yudha optimistis kenaikan level CDS hanya sementara. "Jika virus corona mereda pasar risk on kembali ke emerging market yang punya fundamental ekonomi kuat, seperti Indonesia," kata Yudha, Jumat (28/2).

Baca Juga: Dibantu penguatan rupiah, SBN masih menarik di mata asing

Jika dibandingkan antara negara di emerging market, Yudha mengatakan makro ekonomi Indonesia masih lebih kuat karena 60% dari pertumbuhan ekonomi didukung oleh konsumsi dalam negeri.

"Selama konsumsi dalam negeri kuat dan budget fiskal seperti dana sosial dan dana desa dibagikan maka daya beli bisa mempertahankan ekonomi dalam negeri," kata Yudha. Apalagi, April dan Mei mendatang masa puasa dan Lebaran datang seharusnya bisa mendukung daya beli.

Baca Juga: IHSG merosot di hari keenam, ditutup ke 5.420,70 jelang akhir pekan

Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia juga terjaga karena tingkat inflasi berhasil stabil di bawah 3%. Tidak ketinggalan, peran Bank Indonesia melakukan intervensi pasar juga berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×