Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Lesunya ekonomi global jadi pemicu terseretnya harga tembaga pada penutupan pasa akhir pekan ini. Diduga prospek harga tembaga sepekan mendatang pun tidak banyak berubah.
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/5), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tersuruk 1,45% ke level US$ 6.161 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga tembaga ambruk 3,96%.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menjelaskan, penguatan index USD jelas menjadi beban bagi tembaga. Apalagi penguatan index USD tergolong tajam. Sampai Jumat (22/5), index USD sudah naik 0,80% ke level 96,01.
"Ini kembali menimbulkan optimisme pasar akan kemungkinan naiknya suku bunga The Fed di akhir tahun 2015," kata Ibrahim. Pasalnya seperti yang diketahui, inflasi yang bagus menjadi salah satu indikator pertimbangan kenaikan suku bunga AS.
Pada data rilis Jumat (22/5) inflasi AS April 2015 sesuai ekspektasi yakni 0,1%. Begitu juga dengan core CPI AS April 2015 yang naik dari sebelumnya 0,2% menjadi 0,3%.
Selain karena faktor tersebut, Ibrahim juga menjelaskan bahwa perekonomian China dan Eropa turut mempengaruhi. Saat ini kedua negara konsumen tembaga terbesar itu masih bergelut dengan ekonomi yang kontraksi. "Gelontoran stimulus China belum membuahkan hasil sedangkan Eropa terseret beban Yunani yang tidak kunjung usai," papar Ibrahim.
Resisi ekonomi yang terjadi di China terlihat dari data properti yang terus menunjukkan perlambatan signifikan. Pada April 2015 penjualan rumah di China melambat di 69 dari 70 kota. Ini menurun drastis dari Maret 2015 yang mana hanya 60 dari 70 kota yang melambat.
Data HSBC Flash Manufactur China April 2015 tercatat di bawah prediksi 49,4 yakni hanya 49,1. "Ekonomi China belum ekspansif terlihat dari level manufaktur di bawah 50," kata Ibrahim.
Sedangkan Eropa diduga akan menurunkan anggaran pembelian obligasinya di bawah 60 miliar euro per bulan. "Beban Yunani menyeret Eropa dalam kesulitan ekonomi yang tidak berkesudahan," ujar Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News