Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski total penawaran turun, minat pada lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (16/6) masih tinggi. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebut, penawaran yang masuk pada lelang hari ini mencapai Rp 84,82 triliun.
Jumlah tersebut tercatat lebih rendah dari jumlah penawaran yang masuk di lelang SUN dua pekan sebelumnya yang mencapai Rp 105,27 triliun. Meski mengalami penurunan, Analis Fixed Income MNC Sekuritas Made Adi Saputra mengatakan hal tersebut masih wajar terjadi.
"Dari Rp 105 triliun yang masuk pemerintah hanya memenangkan Rp 24 triliun, artinya kalau kita asumsikan tidak ada penambahan likuiditas baru di pasar maka penawaran saat ini masih tergolong bagus," kata Made, Selasa (16/6). Dalam lelang hari ini, pemerintah menyerap Rp 20,5 triliun.
Baca Juga: Sampai Mei 2020, pembiayaan anggaran sudah mencapai Rp 356,1 triliun
Sentimen yang membuat investor tertarik untuk membeli SUN adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil. Made mengatakan stabilitas nilai tukar rupiah mendapat dukungan neraca perdagangan periode Mei yang kembali mengalami surplus US$ 2,09 miliar. "Data neraca perdagangan yang kembali surplus setidaknya dapat menjaga nilai tukar rupiah terjaga di level saat ini dan beri sentimen positif pada lelang SUN," kata Made.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto juga menilai lelang SUN kali ini berlangsung sukses karena partisipasi investor domestik mendominasi. Ramdhan mengamati, porsi investor asing di lelang ini tidak sebanyak biasanya, atau sekitar 13%.
Dengan begitu, investor domestik jadi lebih berperan dalam menyokong pasar obligasi dalam negeri. "Kemampuan investor domestik kita membaik, meski memang porsi asing kerap menambah likuiditas pasar obligasi," kata Ramdhan.
Baca Juga: Pemerintah telah menerbitkan SBN sebesar Rp 369 triliun hingga akhir Mei 2020
Jika dibandingkan dengan lelang SUN dua pekan lalu, terlihat yield bergerak cenderung menurun, terutama pada seri berjangka waktu panjang. Seri acuan tenor 10 tahun FR0082 memiliki yield rata-rata tertimbang di 7,11%. Sementara dalam lelang sebelumnya yield bertengger di 7,20%. Penurunan yield juga terjadi pada FR0080, FR0083, dan FR0076.
Ramdhan mengatakan yield tenor jangka panjang cenderung bergerak turun karena memiliki lebih banyak peminat dan dalam lelang kali ini investor domestik yang cenderung mendominasi. Ramdhan menambahkan investor institusi dalam negeri, seperti dana pensiun, asuransi dan reksadana memang memiliki karakter untuk memburu tenor panjang untuk mengejar perolehan yield tinggi yang ada di seri dengan jangka lebih panjang.
Baca Juga: Rupiah bisa menguat lagi pada pertengahan pekan ini
Hanya seri FR0081 yang mencatat kenaikan yield dari 6,63% ke 6,67%. Ramdhan mengatakan seri tersebut lebih banyak diminati oleh investor asing yang memang cenderung masih menanti sentimen positif tambahan untuk lebih berani masuk ke tenor yang lebih panjang.
Ramdhan berharap dalam lelang ke depan investor domestik bisa mempertahankan perannya. Dengan ruang penurunan suku bunga dalam negeri yang masih terbuka, Ramdhan memproyeksikan minat investor pada lelang obligasi pemerintah akan terus stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News