Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tekanan pasar obligasi memicu minimnya permintaan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk, Selasa (21/4).
Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 4,72 triliun. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan lelang sukuk negara, Selasa (7/4) sebelumnya yang mencapai Rp 5,3 triliun.
Kendati demikian, lelang diserap Rp 2,025 triliun atau di atas target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 2 triliun.
Pemerintah hanya memenangkan tiga seri dari empat seri yang ditawarkan. Diantaranya, seri SPN-S 08102015 (reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,39 triliun. Yield terendah yang masuk sebesar 5,75% dan yield tertinggi 7%.
Seri bertenor enam bulan ini diserap Rp 500 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 5,7% dan tingkat imbalan diskonto.
Kemudian, seri PBS007 (reopening) mengalami permintaan Rp 1,27 triliun dengan yield terendah 8.2% dan yield tertinggi yang masuk 8,5%. Seri ini kemudian diserap Rp 870 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,3% dan tingkat imbalan 9%.
Seri PBS008 mengalami permintaan Rp 901 miliar dengan yield terendah 7,03% dan yield tertinggi yang masuk 7,4%. Seri bertenor satu tahun ini diserap Rp 655 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,18% dan tingkat imbalan 7%.
Sementara itu, seri PBS006 mengalami permintaan Rp 158 miliar dengan yield terendah 7,5% dan yield tertinggi 8,12%. Permintaan untuk seri ini tidak diserap oleh pemerintah.
"Rendahnya permintaan lelang mengindikasikan bahwa investor belum terlalu agresif masuk ke pasar obligasi lantaran mash tingginya volatilitas pasar," tutur Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan, Jakarta, Selasa (21/4).
Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat rata-rata total return obligasi pemerintah pada perdagangan Selasa (21/4) turun 0,06% dibandingkan sehari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News