Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Selasa (18/8). Head of Business Development Avrist Asset Management Farash Farich memproyeksikan lelang SBSN akan diminati oleh perbankan.
"Saya perkirakan minat investor masih tinggi untuk memburu SBSN," kata Farash, Jumat (14/8). Ia memperkirakan, jumlah penawaran yang masuk ke SBSN pekan depan masih akan berkisar di Rp 40 triliun atau tidak jauh berbeda dari rata-rata tiga lelang SBSN yang terakhir.
Sementara, Head of Research & Market Information Department IBPA Roby Rushandie memperkirakan, skenario moderat lelang SBSN pekan depan akan menerima penawaran masuk di kisaran Rp 20 triliun hingga Rp 30 triliun. Sementara, skenario optimis peminat lelang bisa mencapai Rp 40 triliun.
Baca Juga: Bunga ORI018 bisa lebih rendah daripada ORI017, minat investor diramal tetap tinggi
Roby mengatakan, pada lelang SBSN pekan depan kemungkinan besar yang akan terjadi adalah skenario moderat. Penyebabnya, mayoritas investor sukuk adalah bank lokal. Saat ini, Roby melihat, likuiditas bank masih memadai untuk terciptanya peluang permintaan yang masih ramai. Apalagi, dengan adanya kecenderungan bank yang kini sedang mengakumulasi obligasi negara.
Senada, menurut Farash, investor yang dominan memburu SBSN adalah perbankan. Penyebabnya, likuiditas perbankan masih cukup banyak.
Untuk tenor yang paling banyak diburu akan berkisar di seri tenor tiga dan empat tahun. Roby juga memproyeksikan seri-seri tenor pendek diperkirakan akan banyak invetsor sasar dan sesuai dengan rata-rata lelang sebelumnya.
Sama seperti sebelumnya, pemerintah mematok target indikatif sebesar Rp 8 triliun. Namun, Farash menebak, pemerintah juga masih tetap menyerap hasil lelang SBSN di atas target indikatif.
"Nominal yang pemerintah menangkan juga masih akan di sekitar Rp 11 triliun," kata Farash.
Menurut Farash, pemerintah cenderung memenangkan di atas target indikatif karena memang saat ini momentum yang tepat saat yield sudah bergerak turun. Selain itu, penyerapan budget belanja pemerintah seharusnya sudah semakin meningkat di semester II.
Farash melihat yield saat ini cenderung dalam tren menurun karena dipengaruhi oleh inflasi yang masih rendah. Selain itu, kebijakan moneter ekspansif sehingga suku bunga acuan dalam tingkat yang rendah. Alhasil, likuiditas di pasar global meningkat.
Tidak hanya itu, saat ini investor asing secara bertahap juga mulai masuk ke pasar SBN. "Risk appetite membaik sedikit demi sedikit," kata Farash.
Baca Juga: Pemerintah bakal lelang lima seri Sukuk dengan target Rp 8 triliun pada pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News