Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring tren penurunan suku bunga yang berlanjut, pelaku pasar berbondong buru Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Selasa (15/10).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), hasil lelang SBSN berhasil menarik minat investor sebesar Rp 29,91 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dari lelang SBSN dua pekan lalu yang mencapai Rp 28,11 triliun.
Baca Juga: Banjir impor tekstil, Sri Mulyani desak Kemendag revisi kebijakan impor
Fikri C. Permana Ekonom Pefindo mengatakan, minat lelang SBSN yang bertambah didorong karena adanya perilaku front loading (rational opportunity) investor seiring dengan tingkat suku bunga yang sudah turun.
Investor banyak masuk di lelang kali ini juga karena mengantisipasi kemungkinan penurunan yield di lelang selanjutnya.
Meski jumlah peminatnya bertumbuh, jumlah yang pemerintah serap dari lelang ini mengalami penurunan. Dalam lelang dua pekan lalu, pemerintah menyerap Rp 7,12 triliun, sementara di lelang kali ini, pemerintah menyerap Rp 7,04 triliun.
Fikri menduga penyerapan pemerintah lebih kecil karena pemerintah masih melihat ada kemungkinan yield bergerak turun di waktu mendatang, sehingga untuk mengurangi beban bunga atawa kupon, pemerintah sedikit menahan diri.
Dalam lelang kali ini, tercatat seri tenor pendek masih menjadi seri yang paling banyak di buru investor. Jumlah penawaran paling banyak masuk ke seri SPNS02042020 yang jatuh tempo pada 2 April 2020, sebesar Rp 13,36 triliun.
Baca Juga: Kemenkeu revisi tata cara pembiayaan proyek dengan SBSN, kesiapan lahan jadi syarat
Selanjutnya, seri PBS002 yang jatuh tempo pada 15 Januari 2022 juga mendapat penawaran masuk cukup banyak sebesar Rp 8,25 triliun. Sementara, seri PBS026 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2024 mendapat penawaran masuk sebesar RP 5,89 triliun.
Sedangkan, seri PBS022 dengan tenor 15 tahun dan PBS015 dengan tenor 28 tahun masing-masing mendapat penawaran masuk sebesar Rp 1,73 triliun dan Rp 674 miliar.
Fikri mengatakan seri tenor pendek lebih banyak diburu karena profil risiko investor kini condong menghindari aset berisiko tinggi di tenor panjang. "Kebiasaan investor SBSN juga pada tenor pendek guna melengkapi portofolio," kata Fikri, Selasa (15/10).
Ke depan, Fikri memproyeksikan pasar lelang masih akan menarik investor lebih banyak lagi seiring dengan ruang penurunan suku bunga dan profil risiko dalam negeri yang semakin rendah.
Baca Juga: Kendati pasar tertekan, hasil lelang sukuk negara masih bisa kelebihan permintaan
Faktor terkuat yang bisa menaikkan permintaan SUN atau SBSN adalah primary balance domestik yang terjaga. Penerbitan SBN akan semakin terbatas di sisa tahun ini. Berdasarkan data DJPPR per 9 Oktober, penerbitan SBN sudah capai 90% net dari target awal tahun di Rp 381,8 triliun kini sudah capai Rp 354, 6 triliun.
Namun, sejumlah tantangan tetap ada, seperti potensi naiknya defisit anggaran dari 1,84% ke 1,93% dari PDB. Selain itu, risiko global dan potensi resesi yang menyerang negara maju bisa meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan.
Dari dalam negeri, sentimen negatif juga mungkin datang bila masayrakat tidak puas dengan keputusan kebinet Presiden Joko Widodo di masa kerja 2019-2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News