Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Sedangkan, seri PBS022 dengan tenor 15 tahun dan PBS015 dengan tenor 28 tahun masing-masing mendapat penawaran masuk sebesar Rp 1,73 triliun dan Rp 674 miliar.
Fikri mengatakan seri tenor pendek lebih banyak diburu karena profil risiko investor kini condong menghindari aset berisiko tinggi di tenor panjang. "Kebiasaan investor SBSN juga pada tenor pendek guna melengkapi portofolio," kata Fikri, Selasa (15/10).
Ke depan, Fikri memproyeksikan pasar lelang masih akan menarik investor lebih banyak lagi seiring dengan ruang penurunan suku bunga dan profil risiko dalam negeri yang semakin rendah.
Baca Juga: Kendati pasar tertekan, hasil lelang sukuk negara masih bisa kelebihan permintaan
Faktor terkuat yang bisa menaikkan permintaan SUN atau SBSN adalah primary balance domestik yang terjaga. Penerbitan SBN akan semakin terbatas di sisa tahun ini. Berdasarkan data DJPPR per 9 Oktober, penerbitan SBN sudah capai 90% net dari target awal tahun di Rp 381,8 triliun kini sudah capai Rp 354, 6 triliun.
Namun, sejumlah tantangan tetap ada, seperti potensi naiknya defisit anggaran dari 1,84% ke 1,93% dari PDB. Selain itu, risiko global dan potensi resesi yang menyerang negara maju bisa meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan.
Dari dalam negeri, sentimen negatif juga mungkin datang bila masayrakat tidak puas dengan keputusan kebinet Presiden Joko Widodo di masa kerja 2019-2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News