kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Larangan penggunaan kantong plastik berdampak minim terhadap Panca Budi (PBID)


Rabu, 23 Desember 2020 / 14:05 WIB
Larangan penggunaan kantong plastik berdampak minim terhadap Panca Budi (PBID)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pemerintah daerah (pemda) kini gencar mengampanyekan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. DKI Jakarta misalnya, sudah melarang penggunaan plastik sekali pakai mulai 1 Juli 2020.

Namun demikian, larangan ini dinilai tidak akan berdampak banyak terhadap kinerja PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) sebagai emiten produsen plastik kemasan. Dalam laporannya, Jumat (18/12), Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo dan Kevin Suryajaya menyebut, peraturan tentang larangan penggunaan kantong plastik kemungkinan akan berdampak minim pada PBID, mengingat faktor keterjangkauan, kepraktisan, dan ketersediaan yang dimiliki kemasan plastik.

Barang pengganti (substitusi) plastik pun masih terbatas di pasaran saat ini. Kemasan plastik banyak digunakan di pasar tradisional untuk membungkus makanan dan kebutuhan sehari-hari. Ini adalah target pasar PBID, di mana segmen tersebut menyumbang 85% dari total penjualannya.

Ke depan, Kevin dan Handiman juga melihat sejumlah katalisator yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan emiten ini. PBID akan mengembangkan pangsanya pasarnya ke wilayah Jawa Timur dan luar Pulau Jawa, dimana peluangnya dinilai masih cukup besar.

Baca Juga: Panca Budi (PBID) yakin bisnisnya naik dua digit di tahun depan, ini sebabnya

Di sisi lain, kondisi pandemi telah meningkatkan transaksi jual beli online (e-commerce) serta meningkatkan pengiriman makanan secara online. Hal ini berimplikasi pada permintaan yang lebih tinggi untuk kemasan.

PBID pun menargetkan pertumbuhan volume penjualan sekitar 10%-15% secara tahunan pada tahun 2021. “PBID akan fokus pada peningkatan manufaktur dan efisiensi operasional melalui penambahan kapasitas di Jawa Tengah, di mana upah pekerja umumnya lebih rendah,” tulis Handiman dan Kevin.

Dalam hal produk, PBID akan terus berinovasi dan mendiversifikasi ke produk non-plastik dan produk biodegradable (yang dapat terurai dengan alami dalam waktu relatif cepat) yang menghasilkan value dan margin yang lebih baik. Namun, adanya perubahan peraturan pemerintah, volatilitas  nilai tukar, serta  pemulihan ekonomi yang lebih lama dari perkiraan dinilai dapat menjadi risiko bagi PBID.

Baca Juga: Industri kemasan diproyeksi tumbuh ikuti perkembangan teknologi

Sebagai gambaran, per September 2020, PBID mencatat penjualan bersih senilai Rp 2,87 triliun, menurun 17,7% dari raihan pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 3,49 triliun. Di sisi lain, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik signifikan, yakni mencapai 81,9%, dari Rp 147,81 miliar menjadi Rp 268,95 miliar pada kuartal ketiga 2020. Panca Budi juga berhasil meningkatkan margin kotor dari 12,5% menjadi 20,3%.

Hal ini didukung oleh biaya material yang lebih rendah serta efisiensi yang lebih baik dalam proses manufaktur, terutama karena diversifikasi geografis ke wilayah Jawa Tengah, yang memiliki tingkat upah lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Jabodetabek.  Margin bersih PBID juga meningkat dari 4,2% menjadi 9,4% per September 2020.

Baca Juga: Panca Budi (PBID) optimistis tumbuh hingga 15% di tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×