Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten konstruksi pelat merah, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) akan menjajaki pinjaman perbankan sekitar 6 triliun untuk mendanai ekpansinya tahun ini.
Muhammad Choliq, Direktur utama WSKT mengatakan penjajakan pinjaman perbankan tersebut dilakukan untuk mengejar target pertumbuhan aset sebesar Rp 13 triliun atau tumbuh 43% menjadi Rp 43,3 triliun. " Kita targetkan ekuitas induk naik Rp 2 triliun dan ekuitas Waskita Beton Precast (WBP) naik Rp 3 triliun," ungkapnya, Selasa (29/3).
Dengan tambahan ekuitas sekitar Rp 5,5 triliun tersebut maka perseroan membutuhkan utang sekitar Rp 8 triliun untuk mengejar target pertumbuhan aset tersebut.
Choliq bilang, sekitar Rp 2 triliun pendanaan tersebut akan dicari lewat penerbitan obligasi yang ditargetkan digelar pada kuartal II tahun ini. Penerbitan surat utang ini merupakan bagian dari penerbitan obligasi berkelanjutan yang ditargetkan sebesar Rp 5 triliun.
Sementara sisanya yakni sekitar Rp 6 triliun akan dicari lewat pinjaman perbankan. Untuk mendapatkan pendanaan tersebut, lanjut Choliq, WSKT akan menjaminkan lebih dari 50% dari kekayaan bersih perseroan saat ini dan yang akan datang,
Perseroan berencana melepas sekitar 40% saham WBP dengan target perolehan dana sekitar Rp 3 triliun. Sekitar Rp 3 triliun rencananya akan dilepas lewat mekanisme divestasi dan 30% selebihnya akan dilepaskan lewat penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Choliq mengatakan, saat ini divestasi saham WBP yang dilakukan dengan mekanisme lelang masih dalam proses. Ada enam investor domestik yang mengikuti lelang divestasi tersebut. Dia bilang, keputusan pemenang dan dana yang diperoleh akan diumumkan pekan depan.
Jika proses divestasi tersebut tidak berhasil, lanjut Choliq, perseroan akan mempercepat rencana IPO WBP dari target awal pada September mendatang. "Kita akan lepas 40% lewat IPO," ujarnya.
Setelah divestasi WBP rampung, WSKT juga akan segera melepas 10% saham PT Waskita Toll Road (WTR). Saat ini manajemen perseroan telah menginformasikan rencana tersebut ke investor asing dan investor lokal. Hanya saja, mekanisme divestasi tersebut belum ditetapkan.
Choliq menjelaskan, proses divestasi akan dilakukan lewat mekanisme lelang jika peminatnya banyak dan lewat negosiasi jika peminatnya sedikit.
Saat ini WSKT telah memiliki invetasi di 14 ruas jalan tol. Teranyar, perseroan memnangkan proyek tol Batang-Semarang sepanjang 75 kilometer (km) bersama konsorsium PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
Menurut Choliq, untuk mengembangkan proyek tersebut 13 proyek tol pertama diperlukan investasi Rp 75 triliun. Untuk itu diperlukan ekuity sekitar Rp 25 triliun, sementara jumlah ekuitas perseroan saat ini baru Rp 6 triliun.
Oleh karena itu, WSKT akan mencari partner untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya lewat divestasi saham WTR tadi yang ditargetkan bisa rampung pada semester I ini.
WSKT optimis bisa mencetak kinerja yang lebih positif tahun ini di tengah program pemerintah untuk memprioritaskan pembangunan jalan tol yang menghubungkan seluruh trans jawa. "Masih ada sekitar Rp 60 triliun pangsa pasar yang bisa kita incar di trans jawa ditambah dengan Rp 50 triliun yang bisa digarap sebagai kontraktor," tambah Choliq.
Kehadiran bisnis tol akan terus mendorong kinerja WSKT. Tahun ini, WTR ditargetkan menyumbang 50% terhadap total penjualan perseroan dan WBP sekitar 30%-40%. Sedangkan sisanya dari bisnis properti dan energi.
Hingga awal minggu keempat Maret, WKST telah mengantongi kontrak baru sekitar Rp 8 triliun. Jumlah tersebut sekitar 12,6% dari target kontrak
baru yang dipatok tahun ini yakni Rp 63 triliun. Sekitar 60% berasal dari proyek tol yang di miliki perseroan saat ini. Sedangkan 20% berasal dari proyek pemerintah, 10% dari proyek swasta dan 10% sisanya diperoleh dari proyek BUMN.
Pekan ini, lanjut Choliq, WSKT akan melakukan finalisasi nilai kontrak dari proyek tol Batang-Semarang. Sedangkan proyek Light Rapid Transit (LRT) Palembang yang nilainya diperkirakan bisa mencapai Rp 9 triliun diharapkan bisa diperoleh di kuartal II mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News