Reporter: Rinaldi Mohamad Azka | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah reli selama beberapa hari terakhir, pasar saham di kawasan Asia kemarin (17/2) menurun. Indeks MSCI Asia Pasifik menyusut 0,9 % menjadi 117,64 pada pukul 16:24 waktu Hong Kong.
Dalam sepekan terakhir, indeks yang menjadi parameter pergerakan pasar saham Asia ini telah menguat 8%, setelah pada Jumat (12/2) jatuh ke level terendah dalam 3,5 tahun terakhir. Indeks jatuh di tengah kecemasan atas prospek pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Indeks Nikkei225 menyusut 1,36%.
Di saat yang sama, yen Jepang menguat 0,5% menjadi 113,47 per dollar AS. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,57%, sementara indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru menguat 0,2%. Adapun indeks Straits Times Singapura dan Kospi Korea Selatan menurun masing-masing 0,23%.
Indeks Shanghai Tiongkok dan indeks BSE Bombay naik masing-masing 1,1% dan 0,82%. David Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital, menilai, pasar masih mencermati rebound harga minyak mentah dan rilis data ekonomi China.
"Kucuran kredit perbankan di China pada Januari 2016 melonjak menjadi CNY 2,51 triliun dibandingkan posisi Desember 2015 senilai CNY 597,8 miliar," ungkap dia, Rabu (17/2).
Lanjar Nafi, analis Reliance Capital mengatakan, saat ini investor di bursa Asia tengah mencari save haven seperti mata uang yen dan obligasi negara di Asia. Bursa Asia hari ini bisa dipengaruhi oleh data dari Tiongkok mengenai inflasi Januari 2016. Ekspektasinya naik 1,9% dari sebelumnya 1,6%.
Menurut Lanjar, jika data ini sesuai ekspektasi, maka bursa Asia akan positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News