kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -21.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Lama jadi investor, Dirut KGI Sekuritas Antony Kristanto masih belajar investasi


Sabtu, 30 Oktober 2021 / 07:00 WIB
Lama jadi investor, Dirut KGI Sekuritas Antony Kristanto masih belajar investasi


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama 25 tahun menyelami dunia investasi, Antony Kristanto memetik berbagai pelajaran dari pengalamannya tersebut. Pria yang kini menjabat sebagai direktur utama KGI Sekuritas Indonesia mulai berinvestasi sejak bekerja di bidang pasar modal pada tahun 1996.

Kala itu, Antony berprofesi sebagai auditor keuangan di SGV Utomo yang sekarang dikenal dengan nama Ernst and Young. Lewat pasar modal, Antony yakin bisa menumbuhkan dana miliknya serta bisa memperoleh imbal hasil yang tinggi.

Oleh sebab itu, Antony memilih saham sebagai instrumen investasi pertamanya di pasar modal. Profesinya sebagai auditor keuangan membuatnya mahir dalam membaca laporan keuangan.

"Pengenalan saya terhadap perusahaan tercatat juga lebih baik karena saya suka membaca latar belakang perusahaan dan perkembangannya dari sejak muda," tutur Antony kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Baca Juga: IPO dengan nilai jumbo, begini prospek FAPA, ARCI, BUKA, dan CMNT

Setelah menjajal investasi di saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Antony menilai bawah investasi saham sangat menjanjikan dan terbilang adil. Terlebih lagi, lulusan akuntansi Universitas Trisakti tahun 1993 ini merasa bahwa investasi saham sesuai dengan latar belakang pekerjaannya di bidang keuangan.

Sebelum berinvestasi di saham, pria kelahiran Palembang, 16 September 1970 ini sebenarnya sudah sempat menjajal investasi di sektor riil, mulai dari tambang pasir kuarsa di Bangka hingga perdagangan besi bekas. Akan tetapi, nampaknya Antony mengecap pengalaman pahit dan kegagalan dari investasinya tersebut.

Ia bercerita, pengalaman itu mengajarkannya bahwa mempercayai orang itu berbahaya. "Memang tidak semua orang itu beritikad buruk, tetapi semua orang yang punya ambisi cenderung untuk memanfaatkan orang lain dalam segala hal," ungkap Antony.

Baca Juga: Gaya hidup Warren Buffett yang hemat ini bisa dicontek, lo!

Setelah berkecimpung di investasi saham dan mencapai akumulasi modal yang cukup, Antony kemudian mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain. Dia menjajal instrumen obligasi, properti, bahkan belakangan kembali lagi ke sektor riil.

Untuk surat utang, dia memilih obligasi Republik Indonesia berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) karena menawarkan bunga yang menarik dibanding deposito dolar AS. Di instrumen properti, Antony mulai membeli rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan) sebagai alternatif investasi.

Antony mengharapkan adanya pendapatan tambahan berkelanjutan dari sewa serta dari kenaikan harga properti itu sendiri. Menurut dia, pertambahan nilai properti mengalahkan inflasi dan devaluasi, tapi sifatnya jangka panjang dan tidak likuid.

Untuk sektor riil, Antony kembali memulai investasinya di perusahaan manajemen parkir Centerparking pada tahun 2010. Selanjutnya dia juga menanamkan modalnya di perusahaan pencetak kartu ATM berbasis chip, perusahaan penebangan hutan di Padang, penyedia konten musik daring, P2P lending, serta perusahaan teknologi kesehatan dan peralatan kesehatan.

Baca Juga: Yohanes F Silaen Petinggi ICDX Memilih Nabung Emas dan Trading Emas

Antony tak kapok berinvestasi di sektor riil. Dia memperoleh kepuasaan tersendiri saat perusahaan tersebut berhasil berkembang. "Keberhasilan perusahaan tidak hanya memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, tetapi juga kepada karyawan dan juga kepada pemangku kepentingan lainnya," ucap dia.

Peraih gelar Master of Business Administration (MBA) dari Bradford School of Management, Inggris tahun 2012 ini bercerita bahwa ia pernah berinvestasi di perusahaan yang masih rugi. Meskipun begitu, dia melihat bahwa mitra bisnisnya andal dalam bidang pemasaran.

Benar saja, saat Antony pertama kali berinvestasi, perusahaan tersebut baru memiliki omzet Rp 30 miliar per tahun. Lalu, saat ia menjual kepemilikannya, omzet perusahaan itu sudah tumbuh hingga mencapai Rp 140 miliar per tahun.

Baca Juga: Ini sederet tantangan investor institusi dalam meningkatkan investasi di pasar modal

Di sisi lain, ia juga sempat mengalami kerugian besar, yakni saat berinvestasi di perusahaan pencetak kartu ATM berbasis chip. Saat Antony menanamkan modalnya, perusahaan itu merupakan satu satunya perusahaan domestik yang mendapat izin dari Bank Indonesia (BI).

Saat itu, jangka waktu bank-bank untuk menerapkan kartu ATM berbasis chip hanya tersisa satu tahun sehingga ia yakin bisa meraup untung besar. Akan tetapi, kemudian BI memundurkan jangka waktu menjadi empat tahun. Perusahaan pencetak kartu ATM berbasis chip yang memperoleh izin dari BI bertambah pesat lalu persaingan makin ketat sehingga dia mengalami kerugian besar.

Pada awal mula Antony berinvestasi di saham, ia juga pernah mengalami rugi besar karena terlalu percaya dengan rumor dan menggunakan margin trading. Padahal, saham yang dia pilih termasuk saham berfundamental bagus.

"Dari situ saya belajar bahwa saham tidak hanya berdasarkan fundamental, tetapi juga perlu memahami euforia, invisible hand, centralized ownership. Saya belum begitu paham teknikal saat itu," ucap Antony.

Untuk ke depannya, Antony masih berminat untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain. Ia ingin mencari tahu lebih jauh tentang mata uang kripto dan instrumen derivatif lain, seperti option dan futures karena dinilai sangat menjanjikan namun juga sangat berisiko.

Baca Juga: Mengulik sepak terjang Peter Sondakh lewat Rajawali Corpora

Tips berinvestasi

Dalam berinvestasi, Antony menerapkan sebuah konsep yang ia beri nama EMAS, akronim dari ego, mengenal, analisis, dan supervisi.
Pertama, saat berinvestasi, Ego harus dikesampingkan sehingga jangan berinvestasi hanya karena suka atau terlalu antusias.

Kedua, investor harus mengenal produknya, sahamnya, dan bisnisnya. Saat berinvestasi di sektor riil, investor juga harus mengenal mitra yang menjalankan bisnis secara mendalam.

Ketiga, investor perlu melakukan analisis secara komprehensif. Terakhir, investor perlu selalu melakukan supervisi saat menjalankannya sampai bisa diserahkan secara independen ke manajemen.

Antony juga senantiasa mengingat dua nasihat lama yang berbunyi, Be brave when others are scare and be scare when others are confident, serta Be always learn to invest however it is a continuous learning. Dari situ, Antony mengingatkan dirinya sendiri untuk terus belajar dan tidak menganggap dirinya sudah sangat tahu sehingga merasa tidak perlu belajar lagi.

Dia juga memiliki konsep bahwa saat dirinya mendapatkan keuntungan dari investasi, maka itu berkat Tuhan. "Sebaliknya, kalau rugi, berarti ada hikmah yang perlu saya pelajari dan saya harus move on," ungkap Antony.

Baca Juga: Bagaimana menjadi investor rasional di bursa saham? Ini kata pakar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×