kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju sektor konstruksi masih terjaga


Senin, 21 Agustus 2017 / 09:10 WIB
 Laju sektor konstruksi masih terjaga


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten di sektor konstruksi terus membaik. Ke depan, kinerja emiten konstruksi masih bisa melesat sejalan dengan langkah pemerintah menaikkan anggaran belanja di sektor infrastruktur.

Raphon Prima, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, mengatakan, kinerja emiten di sektor konstruksi memperlihatkan pertumbuhan yang memuaskan. "Growth cukup luar biasa, baik dari sisi revenue maupun net profit," kata Raphon kepada KONTAN, Jumat (18/8).

Raphon memberi contoh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang meraih pertumbuhan pendapatan 76,7% dan laba bersih 90,7% di kuartal II-2017. Emiten ini bisa mencetak kinerja oke lantaran sukses meraih kontrak-kontrak baru dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut didukung oleh gencarnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.

Meski begitu, Raphon melihat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini bakal menjadi tantangan sektor ini. Dalam APBN perubahan, defisit anggaran membengkak menjadi 2,92%. Hal tersebut dikhawatirkan bisa menghambat pemerintah dalam mengeksekusi berbagai rencana pembangunan infrastruktur.

Namun, penerimaan negara dalam lelang surat utang negara terbilang tinggi. Ini mengindikasikan kinerja emiten sektor konstruksi bisa tetap membaik pada 2018. "Kontrak-kontrak baru di sektor konstruksi setidaknya akan lebih baik dibandingkan pada 2017," kata Raphon.

Apalagi, setelah Standard & Poor's (S&P) mengumumkan kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade, pemerintah juga lebih mudah memperoleh pendanaan dari eksternal.

Terkait APBN, sebelumnya dalam berita yang dilansir Bloomberg, Jumat (18/8), Moody's Investor mendukung rencana Jokowi memangkas defisit APBN dengan meningkatkan penerimaan pajak yang lebih tinggi. Jokowi berencana memangkas defisit fiskal menjadi 2,2% dari produk domestik bruto (PDB)

Jokowi juga mendorong pertumbuhan menjadi 5,4% pada 2018. Sementara, penerimaan pajak ditargetkan naik sebesar 9,3%. Jika target tersebut tercapai maka belanja pemerintah pada sektor infrastruktur berpotensi naik.

Raphon melihat pembangunan infrastruktur akan selalu menjadi perhatian utama pemerintah setidaknya hingga 10 tahun ke depan.

Sementara, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Franky Rivan dalam risetnya pada 15 Agustus lalu menurunkan target harga saham pada semua emiten di sektor konstruksi. Alasannya, pemerintah dinilai lamban melakukan pengeluaran belanja, meski pendapatan pemerintah cukup besar di tahun 2017. Selain itu, ada kemungkinan anggaran infrastruktur dibatasi, karena tahun depan akan ada biaya yang dikeluarkan untuk Asian Games 2018, pemilihan umum (Pemilu) 2019 dan anggaran subsidi.

Kontrak baru

Berdasarkan laporan keuangan kuartal II-2017, menurut Raphon, mulai terjadi persaingan emiten BUMN dalam meraih kontrak baru. Lihat saja, PT ADHI Karya Tbk kesulitan meraih pertumbuhan kontrak baru di luar proyek Light Rail Transit (LRT). Begitu juga PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang telah meraih kontrak kereta cepat Jakarta-Bandung dalam suatu paket konsorsium.

"Dengan adanya lonjakan kontrak baru ini, sulit bagi ADHI dan WIKA untuk meraih pertumbuhan kontrak baru pada 2017," kata Raphon. Maka pertumbuhan pendapatan mereka diprediksi akan melambat pada 2018.

Sementara PTPP memiliki keunggulan dalam menjaga pertumbuhan kontrak baru pada segmen gedung bertingkat. Sedangkan, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dengan anak perusahaanya Waskita Toll Road, menikmati pertumbuhan di segmen jalan tol.

Raphon memprediksi, kinerja perusahaan konstruksi, terutama BUMN, akan membaik seiring dengan ekspektasi peningkatan kualitas APBN di tahun depan.

Di antara emiten konstruksi, Raphon menjagokan WSKT. Dengan anak perusahaannya Waskita Toll Road, mereka bukan hanya mengikuti lelang konstruksi jalan tol, tapi juga membeli proyek konsesi jalan tol milik pihak lain yang belum dikerjakan.

Setelah jalan tol tersebut diakuisisi dan dikerjakan konstruksinya oleh WSKT, Waskita Toll Road akan menjual kepemilikan jalan tol ini ke pihak lain dengan harga jual lebih tinggi. Bisnis model ini memberi keuntungan ganda bagi WSKT.

Hingga akhir tahun, Raphon memperkirakan pendapatan WSKT naik 67,1% jadi Rp 39,8 triliun. Laba bersih bisa naik 81,4% menjadi Rp 3,1 triliun.

Sedang Franky menjagokan WIKA. Alasannya, profil bisnis dan proyek WIKA terdiversifikasi dengan baik. "WIKA menjadi emiten konstruksi BUMN dengan posisi net cash tertinggi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×