Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan relatif terbatas hingga akhir tahun ini. Pasalnya, yield obligasi, sebagai basis portofolio reksadana ini, berpotensi turun.
Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, per 3 November 2017 secara year to date (ytd) indeks obligasi pemerintah sudah mencapai 9,4%. Sementara indeks rata-rata reksadana pendapatan tetap mencapai 8,67%.
Menurut Edbert, surat berharga negara (SBN) ke depan masih berpotensi tumbuh. Hanya saja, potensi pertumbuhan tersebut relatif terbatas. Alasannya, sepanjang tahun berjalan, harga surat utang sudah naik sangat tinggi didorong masuknya dana asing di SBN yang sangat besar. Sejak awal tahun hingga 2 November, asing telah masuk ke SBN sebesar Rp 135,91 triliun atau naik 20,41%.
Di sisi lain, kenaikan harga SBN tersebut akan mempengaruhi yield obligasi yang ditawarkan. "Ketika harga terus naik, otomatis yield obligasi akan semakin rendah," kata Edber, Senin (6/11).
Potensi penurunan yield harus menjadi perhatian investor yang ingin masuk ke reksadana pendapatan tetap saat ini. Indeks obligasi pemerintah yang sudah tumbuh lebih dari 9% dalam kurun waktu 10 bulan sudah termasuk sangat tinggi, karena biasanya 9%-10% diraih dalam satu tahun. "Jadi, saya melihat pertumbuhan return reksadana relatif lebih terbatas di sisa tahun 2017," kata Edbert.
Tahun depan, prospek reksadana berbasis obligasi bergantung pada pertumbuhan ekonomi dan dampaknya ke suku bunga. Yield sangat sensitif pada suku bunga dalam negeri maupun luar, seperti Amerika Serikat. "Banyak faktor yang dilihat kembali untuk prediksi di 2018," lanjut Edbert.
Dengan pertimbangan itu, Edbert menyarankan investor reksadana pendapatan tetap harus tetap waspada pada perubahan yang mungkin terjadi pada 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News