kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Laju IHSG Berpotensi Melambat, Sejumlah Saham Defensif Ini Bisa Dilirik


Rabu, 04 September 2024 / 08:21 WIB
Laju IHSG Berpotensi Melambat, Sejumlah Saham Defensif Ini Bisa Dilirik
ILUSTRASI. Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Saham berkategori defensif berpotensi kembali unjuk gigi ketika alarm industri dan ekonomi mulai berdering.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham berkategori defensif berpotensi kembali unjuk gigi ketika alarm industri dan ekonomi mulai berdering. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali terkontraksi ketika ekonomi mengalami deflasi.

S&P Global mencatat PMI Indonesia bulan Agustus 2024 berada di level 48,9 atau turun 0,4 poin dari bulan sebelumnya di 49,3. Artinya, dua bulan beruntun industri manufaktur nasional berada di bawah level 50 alias di zona kontraksi.

Sementara itu, inflasi bulan Agustus berada di level 2,12% secara tahunan, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,06. IHK mengalami deflasi selama empat bulan beruntun, dengan tingkat deflasi 0,03% secara bulanan pada Agustus 2024.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Defensif di Tengah Alarm Pelemahan Ekonomi dan Koreksi IHSG

Di tengah kondisi itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai melambat usai menanjak dalam sebulan terakhir. Pada awal Selasa (3/9) IHSG sempat kembali menembus rekor tertinggi (all time high) di level 7.726,66. Namun setelah itu IHSG terjun 1,01% ke level 7.616,52.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengamati ketika pasar sedang bullish, biasanya performa saham berkategori defensif cenderung tertinggal. Lantaran sering kurang diperhatikan oleh mayoritas investor yang ingin memanfaatkan euforia penguatan pasar.

Namun hal itu justru bisa menjadi momentum untuk melirik saham defensif yang sedang sepi peminat. Apalagi ketika ekonomi menunjukkan indikasi yang mulai melandai, saham defensif akan kembali punya daya tarik di mata investor.

"Strategi investasi untuk saham defensif cenderung jangka panjang. Untuk dapat keuntungan yang optimal biasanya masuk ketika saham-saham ini mengalami koreksi dan dilupakan banyak orang," kata Pandhu kepada Kontan.co.id, Selasa (3/9).

Baca Juga: Menakar Potensi Rotasi Sektor & Saham Unggulan Analis Saat Laju IHSG Tertahan

Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey turut melihat saham defensif seperti di sektor konsumen primer belakangan ini bukan menjadi pilihan menarik. Saham di sektor ini lebih sebagai diversifikasi aset bagi investor yang agresif.

Andhika memprediksi prospek sektor konsumen primer masih menantang di sisa tahun 2024. Tapi, ada secercah harapan sektor ini tetap bisa bertahan dengan dorongan dari penyelenggaraan Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) Serentak yang berpotensi mendongkrak konsumsi.

Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya juga melihat saham barang konsumsi tetap defensif dalam situasi saat ini. Hanya saja, emiten perlu memantapkan strategi efisiensi untuk mendongkrak margin laba.

Katalis positif bisa datang dari stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), terutama bagi emiten yang bahan bakunya banyak berasal dari impor. "Kami juga melihat penguatan rupiah memiliki dampak positif terhadap harga jual sehingga daya beli lebih baik," kata Christine.

Efek Pemangkasan Suku Bunga

Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa ikut memperkirakan emiten di sektor konsumen primer masih bisa menjaga kinerja di sisa tahun 2024. Sektor ini masih tetap defensif di tengah melandainya harga gandum dan stabilitas harga minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama.

Pendongkrak lainnya datang dari sentimen pemangkasan suku bunga acuan The Fed yang diprediksi segera terjadi. Heru bilang, langkah ini bisa mendorong konsumsi serta meringankan beban emiten yang memiliki utang dalam mata uang AS.

Pandhu sepakat, dimulainya siklus penurunan suku bunga akan memegang peranan penting. Toh, perlambatan PMI manufaktur saat ini juga merupakan imbas dari era suku bunga tinggi yang masih berlangsung.

Baca Juga: Laju IHSG Unggul Jauh Dibandingkan Indeks Saham Lain di Bursa

"Ketika suku bunga mulai turun, orang mulai berani pakai modal untuk kembali terjun berbisnis dan mencetak laba, baru kemudian mengangkat daya beli. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan jika melihat outlook pemangkasan suku bunga yang segera terjadi," ungkap Pandhu.

Pandhu menilai saham barang konsumsi dan ritel masih defensif. Dengan catatan, emiten tersebut punya strategi dan daya adaptasi untuk menjaga kinerja positif pada setiap kuartal. Selain itu, saham emiten telekomunikasi juga tergolong defensif.

Rekomendasi Saham

Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki memandang sentimen global dan dinamika makro ekonomi saat ini membuat saham defensif kembali menarik sebagai pilihan yang cenderung lebih aman. Emil turut menjagokan sektor konsumsi primer.

Saham defensif lain berada di sektor kesehatan, yakni farmasi dan rumah sakit. Kemudian saham energi pada bisnis utilitas seperti PT Perusahan Gas Negara Tbk (PGAS), sehingga sahamnya layak koleksi dengan target harga Rp 1.640. 

Baca Juga: Laju IHSG Unggul Jauh dari Indeks Saham Lain di Bursa

Rekomendasi lainnya, buy saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga di Rp 11.925 dan Rp 1.735. Sementara itu, Pandhu menjagokan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

 

Heru menjagokan saham ICBP (target harga Rp 11.750 - Rp 11.850), INDF (Rp 7.100 - Rp 7.200), MYOR (Rp 2.740 - Rp 2.800), KLBF (Rp 1.740 - Rp 1.800), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dengan target Rp 3.100 - Rp 3.180 dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) untuk target Rp 1.365 - Rp 1.385.

Sedangkan Christine melirik saham ICBP, INDF, MYOR, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×