Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Kinerja PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) menurun. Di semester I-2013, produsen ban merek GT Radial itu hanya bisa mencetak laba bersih Rp 459,51 miliar, alias turun 12,68% ketimbang periode sama tahun lalu.
Padahal, dari sisi pendapatan GJTL hanya turun tipis 3,92% menjadi 6,13 triliun. Bahkan, lantaran mampu menekan beban pokok penjualan hingga 6,84%, GJTL masih bisa membukukan pertumbuhan laba kotor sebesar 10,81% menjadi Rp 1,23 triliun.
Analis Danareksa Sekuritas Joko Sogie mencatat, turunnya kinerja GJTL disebabkan dua hal. Pertama, karena beban penjualan yang meningkat. Ambil contoh, beban transportasi yang melonjak 24,45% menjadi Rp 108,86 miliar di semester I 2013.
Lalu ada insentif dan bonus yang naik 197,37% menjadi Rp 59,95 miliar. Lesunya pasar, kata Joko, menjadi dasar untuk menaikkan bonus dan insentif agar bisa menahan penurunan pendapatan.
Faktor kedua adalah beban keuangan yang meningkat. Ini antara lain dari pembayaran bunga utang GJTL yang melonjak 52,07% menjadi Rp 282,26 miliar.
Asal tahu saja, GJTL memiliki utang berupa senior secured notes (obligasi) senilai US$ 500 juta yang terbit Februari 2013, berkupon 7,75%. "Kurs rupiah terus melemah, sedangkan GJTL punya utang dollar AS," kata Joko.
Analis Trimegah Securities, Frederick Daniel Tanggela dalam risetnya 30 Juli 2013, menyatakan, laba bersih GJTL di semester I-2013 hanya sebesar 35,9% dari targetnya setahun penuh. Perolehan laba bersih GJTL itu juga hanya 37,4% dari konsensus analis.
Dari sisi pendapatan, perolehan saat ini mencerminkan 41,3% dari target setahun. Padahal, selama delapan tahun terakhir, penjualan GJTL di semester I rata-rata mencapai 48,8% dari target setahun. Artinya, penjualan GJTL saat ini di bawah fundamental historisnya.
Joko memperkirakan, penjualan GJTL tahun ini tetap akan tertekan. "Domestik ada slowdown karena efek higher interest rate," ujarnya. Di sisi lain, pasar ekspor melemah lantaran Eropa belum pulih sepenuhnya dari krisis.
Efek melemahnya permintaan sudah terlihat dari kuartal II 2013, saat penjualan domestik turun 1% dari kuartal pertama. Meski penjualan domestik selama enam bulan pertama di 2013 naik jika dibandingkan periode sama tahun 2012, namun kenaikannya hanya 5%. Biasanya pertumbuhan penjualan domestik GJTL selalu dua digit.
Joko kini sedang me-review target GJTL. Sebelumnya, dia menduga, penjualan GJTL tahun ini sebesar Rp 13,5 triliun dan laba bersih Rp 1,2 triliun.
Sementara, Frederick memprediksi, laba bersih GJTL tahun ini sebesar Rp 1,1 triliun, atau sama dengan tahun lalu. Namun, di tahun depan, dia memperkirakan, net margin GJTL bisa tumbuh 8,5% dari saat ini 8,3%, akibat harga jual yang lebih tinggi.
Meski tetap merekomendasikan beli, Frederick memangkas target harga GJTL dari Rp 4.200 menjadi Rp 3.600 per saham. Ini mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih per saham (PER) 11 kali.
Joko merekomendasikan beli dengan target Rp 3.650. Sedangkan analis RHB OSK Securities, Yuniv Trenseno merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.525. Kemarin, harga saham efek syariah ini naik 2,86% menjadi Rp 2.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News