Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini hingga September 2019, mayoritas emiten Grup Astra mencatatkan penurunan laba bersih. Mereka adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Astra Graphia Tbk (ASGR), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Laba bersih AALI turun paling dalam, yakni 90,11% secara year on year (yoy) menjadi Rp 111,18 miliar. Disusul oleh ASGR yang turun 27,69% yoy ke Rp 99,96 miliar, ASII 7,06% yoy ke Rp 15,87 triliun, dan UNTR 4,77% yoy ke Rp 8,64 triliun.
Baca Juga: Penjualan pihak berelasi topang pertumbuhan bisnis Astra Otoparts (AUTO)
Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto mengatakan, penurunan laba bersih AALI disebabkan oleh harga rata-rata minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang melemah 16% menjadi Rp 6.449/kg. Padahal, volume penjualan CPO AALI beserta produk turunannya meningkat 10% menjadi 1,7 juta ton.
Kemudian, ASGR mencatatkan penurunan laba bersih karena adanya penurunan marjin laba operasional, meskipun pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan bisnis solusi layanan perkantoran meningkat.
Sementara itu, laba bersih UNTR juga berkurang karena adanya penurunan penjualan alat berat yang didorong turunnya harga batu bara dan laba bersih bisnis kontraktor umum yang lebih rendah.
"Adanya peningkatan biaya keuangan dan efek dari translasi mata uang asing juga membuat laba bersih menurun," kata Prijono dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/10).
Baca Juga: Astra Infra lakukan pelebaran jalan di tol eksisting
Penurunan laba bersih juga terjadi pada divisi otomotif grup yang disebabkan oleh penurunan volume penjualan mobil, meningkatnya biaya-biaya produksi, serta adanya efek dari translasi nilai tukar mata uang asing.
Sebagai informasi, penjualan mobil Astra turun 7% menjadi 396.000 unit, sedangkan sepeda motor Astra Honda meningkat 5% menjadi 3,7 juta unit.
Meskipun begtiu, laba bersih dua emiten Grup Astra lainnya, yaitu PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan PT Astra Autoparts Tbk (AUTO) tercatat masih meningkat. Laba bersih BNLI naik 121,11% yoy menjadi Rp 1,09 triliun dan AUTO naik 17,73% yoy ke Rp 514,17 miliar.
Kenaikan laba bersih BNLI didorong oleh peningkatan pendapatan dan penurunan biaya provisi yang disebabkan oleh peningkatan kualitas pinjaman dan pemulihan kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan bersih (net NPL) membaik menjadi masing-masing 3,3% dan 1,2%, dibandingkan pada akhir 2018 yang masing-masing sebesar 4,4% dan 1,7%.
Baca Juga: Tak dilirik jadi mobil menteri, ini penjelasan BMW Indonesia
Sementara itu, kenaikan laba bersih pada bisnis komponen otomotif grup, yakni AUTO disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari segmen pasar suku cadang pengganti (REM/replacement market) dan menurunnya biaya produksi.
Ke depannya, pencapaian kinerja tahunan Grup Astra diperkirakan masih akan diuntungkan oleh peningkatan kinerja dari bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas yang baru diakuisisi.
Baca Juga: Co-CEO Gojek mengaku sedih ditinggal Nadiem Makarim jadi Mendikbud
"Akan tetapi, tantangan atas konsumsi domestik yang lemah dan harga komoditas yang rendah masih tetap perlu diwaspadai," ucap Prijono.
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News