Reporter: Raka Mahesa W, | Editor: Edy Can
JAKARTA. Tak diduga, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menuai untung besar di bulan Juli. Bahkan, laba komprehensif di Juli bisa menutup kerugian GIAA selama enam bulan pertama tahun ini.
Laba komprehensif yang dikantongi sepanjang Juli Rp 320 miliar. Bandingkan dengan rugi komprehensif GIAA sepanjang semester I-2011 yang mencapai Rp 186,57 miliar tertutupi. Jadi selama tujuh bulan pertama 2011, GIAA mencetak laba
Kinerja maskapai penerbangan biasanya memang lebih baik di semester II dibandingkan paruh pertama. "Angka ini belum belum menghitung angkutan haji," kata Emirsyah Satar, Direktur Utama GIAA, Selasa (16/8). Namun tetap saja, keuntungan GIAA di Juli 2011 lebih tinggi 80,79% daripada laba bersih di periode sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 177 miliar.
Manajemen GIAA menjelaskan, kenaikan laba tersebut didukung lima hal. Pertama, Juli lalu mencapai 1,65 juta penumpang per bulan, lebih tinggi dibanding bulan-bulan lain yang hanya 1,2 juta - 1,4 juta. Jumlah ini juga lebih tinggi dibanding Juli 2010, yaitu 1,29 juta penumpang.
Kedua, perseroan ini melakukan isiensi dengan meningkatkan utilisasi pemakaian pesawat menjadi 11 jam 23 menit. Utilisasi ini naik satu jam dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ketiga, harga avtur Juli turun menjadi US$ 0,9279 per liter. "Kalau diterjemahkan dalam crude oil, sekitar US$ 120 per barel," kata Elisa Lumbantoruan, Direktur Keuangan GIAA, menjelaskan.
Keempat, GIAA berhasil menghemat kosumsi bahan bakar sebanyak 3,7% dengan menggunakan pesawat baru. Hingga Juni 2011, GIAA mendatangkan satu unit Airbus A330-200 dan dua unit Boeing B737-800 Next Generation.
Garuda berhasil lebih banyak menjual tiket subsclass yang lebih mahal karena mencakup komponen menyeimbangkan kenaikan harga bahan bakar. Garuda sudah menaikkan harga tiga kali di tahun ini. "Sebesar 5% tiap kenaikan," kata Elisa. karena ada aturan batas atas tarif,kenaikan tarif masih lebih kecil daripada kenaikan biaya. Sekadar gambaran, harga avtur Juli tahun lalu hanya US$ 64,46 sen per liter.
Proyeksi GIAA
Pendapatan GIAA akhir Juli 2011 mencapai Rp 2,45 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan Januari-Juni 2010, yaitu Rp 1,74 triliun. GIAA menolak menyebut target akhir tahun. "Sampai akhir tahun pasti profit," kata Elisa.
Di atas kertas, jumlah penumpang memang akan naik. Pada Agustus, lonjakan penumpang terjadi menjelang dan pasca Lebaran. Selama September - Oktober, sebanyak 60% jemaah haji akan menggunakan jasa Garuda. Jumlah penumpang di Desember lazimnya tinggi karena libur akhir tahun.
Selain jumlah penumpang, GIAA juga bisa menuai laba dari efisiensi bahan bakar. Dengan pengoperasian 11 pesawat baru, pengelola GIAA menargetkan efisiensi bahan bakar sampai 9% di akhir tahun.
Reza Priyambada, Managing ResearchIndosurya Asset Management menilai, kinerja Garuda di Juli lalu tidak otomatis mencerminkan apa yang akan terjadi sepanjang semester kedua. "Kecuali, GIAA bisa konsisten menjaga performanya," kata dia.
Reza melihat GIAA masih kesulitan tanpa high season. Itu terlihat dari kinerja semester satu yang cenderung lesu. "Pada semester dua mereka terbantu musim haji dan libur akhir tahun," kata dia.
Dia memproyeksikan, GIAA akan membukukan laba mendekati Rp 550 miliar pada tahun ini. Tapi dengan catatan, harga minyak tidak naik lagi. Persoalannya, kini pemulihan ekonomi global sedang berlangsung. "Jadi, harga minyak bisa kembali tinggi," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News