Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
Milka Mutiara, Analis Philips Securities, mengatakan, kenaikan laba bersih disebabkan adanya manfaat dari pajak penghasilan tangguhan sebesar Rp 512 miliar. Ini sifatnya hanya sementara.
Tapi, Milka melihat, respons cepat perusahaan menyediakan menara 4G dapat berimbas positif. Setidaknya kontribusinya akan mulai terlihat pada tahun depan. Sebab, kontribusi 4G pada tahun ini tidak akan terlalu signifikan.
Milka menambahkan, TBIG harus bisa lepas dari jerat utang yang termasuk besar. Kendati perseroan sudah melakukan hedging terhadap utang dollar AS, dirinya melihat hal itu dilakukan hanya untuk mengantisipasi pelemahan kurs rupiah, tidak untuk mengurangi jumlah utang. "Rasio utang TBIG ini masih tinggi, jadi kinerjanya masih terbebani utang," ujarnya.
Pada akhir kuartal pertama, TBIG memiliki utang jangka pendek Rp 464,32 miliar dan surat utang serta pinjaman jangka panjang Rp 17,39 triliun. Total utang berbunga TBIG mencapai Rp 17,85 triliun.
Angka ini lebih delapan kali total ekuitas TBIG, sebesar Rp 2,2 triliun. Perusahaan masih mengagendakan penerbitan surat utang US$ 500 juta lewat anak usahanya. Kemarin, harga saham TBIG tutup merosot 7,04% ke Rp 6.275.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News