Reporter: Rika Theo |
JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan penjualan bersih konsolidasi yang tumbuh 10,3% di kuartal ketiga. Nilainya tumbuh dari Rp 33,7 triliun setahun lalu, menjadi Rp 37,26 triliun.
Kenaikan penjualan INDF mendongkrak laba bruto naik 7,5% menjadi Rp 10,3 triliun. Laba bruto itu bisa jadi lebih besar kalau saja marjin laba bruto perusahaan tidak turun menjadi 27,7%, dari yang sebelumnya 28,4%.
Marjin laba kotor ini terpangkas terutama akibat penurunan kinerja grup agribisnis, lantaran harga jual rata-rata hasil perkebunan melandai padahal biaya produksi naik.
Laba usaha INDF pun hanya tumbuh 3,4% menjadi Rp 5,36 triliun. Pasalnya, marjin laba usaha tergerus kenaikan biaya operasional. Marjin laba usaha itu turun menjadi 14,4%, dari yang tadinya 15,5%.
Sementara core profit atau laba inti naik 7,4% menjadi Rp 2,54 triliun. Marjin laba bersih INDF turun sedikir menjadi 6,8%, dari 6,9% setahun lalu.
“Lemahnya harga CPO dan karet telah menekan kinerja grup agribisnis, namun demikian Indofood tetap berhasil mencatat pertumbuhan kinerja. Kami tetap positif terhadap prospek grup agribisnis ke depan dan akan melanjutkan rencana ekspansi sambil terus berupaya mempertahankan daya saing kami di pasar,” kata Anthoni Salim, Direktur Utama dan Chief executive Officer Indofood.
Produk konsumen menyumbang paling besar
Dari total penjualan bersih INDF, produk konsumen bermerek (CBP) menyumbang penjualan terbesar yakni dengan porsi 43%. Di luar itu, tiga kelompok usaha strategis lainnya yaitu Bogasari, agribisnis, dan distribusi masing-masing berkontribusi 24%, 25%, dan 8% terhadap penjualan bersih INDf.
Penjualan grup CBP sendiri tumbuh 12,9% terutama karena pertumbuhan penjualan di hampir seluruh divisinya. Grup ini terdiri dari divisi mi instan, dairy, penyedap makanan, makanan ringan dan nutrisi, serta makanan khusus.
Kinerja grup CBP ini juga mendongkrak penjualan grup distribusi yang naik 13%.
Sedangkan grup Bogasari mencatat kenaikan penjualan 4,6%. Penjualan tepung terigu Bogasari naik, namun harga jual rata-rata menurun seiring dengan penurunan harga gandum dunia.
Kemudian, grup agribisnis melaporkan nilai penjualannya masih tumbuh 12,5%. Meski harga komoditas turun, namun penjualan grup ini terbantu dengan kenaikan volume divisi perkebunan dan divisi minyak goreng & lemak nabati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News