Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Pemerintah mulai mengambil tindakan untuk menahan supply, salah satunya melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi yang berisikan beberapa poin.
Adapun poin-poin tersebut meliputi perusahaan peternak grand parent stock harus mendistribusikan 23% dari parent stock, parent stock wajib mendistribusikan 75% DOC ke final stock, rumah jagal harus memiliki kapasitas 100% terhadap produksi ayam hidup dan harus menyimpan setidaknya 15% ayam utuh di cold storage sebagai tindakan preventif.
“Ke depannya emiten poultry dapat menjaga supply mereka seiring dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah yang baru,” tambahnya.
Baca Juga: Saham poultry CPIN dan JPFA menguat, ini yang jadi faktor pendukungnya
Ia merekomendasikan investor untuk beli saham JPFA dengan target harga Rp 2.600 per saham, sementara hold untuk saham CPIN dengan target harga Rp 7.000 per saham.
Analis Bina Artha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menuturkan saat ini permintaan untuk emiten poultry masih cenderung stabil. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi daging ayam segar masih menjadi peluang sektor ini untuk tumbuh.
Di lain sisi, secara tak langsung ada beberapa tantangan bagi emiten poultry salah satunya kenaikan tarif BPJS. Meski begitu ia optimistis untuk tahun depan prospek bisnis emiten poultry masih cukup baik dengan tingkat konsumsi yang stabil.
Nafan menyarankan investor untuk maintain buy JPFA dengan target harga Rp 1.910 per saham, kemudian merekomendasikan investor untuk melakukan aksi trading buy dengan target harga Rp 1.165 per saham, dan maintain buy CPIN dengan target harga Rp 8.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News