Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Analis MNC Sekuritas Jessica Sukimaja mengatakan, secara konsensus, kinerja GGRM per kuartal III-2019 ini sejalan dengan ekspektasi, sedangkan HMSP menunjukkan kinerja di bawah ekspektasi.
Menurut dia, pertumbuhan GGRM yang lebih tinggi dibanding HMSP didorong oleh upaya GGRM yang tidak menaikkan harga jual.
Baca Juga: Genjot ekspor dan efisiensi, Bentoel Investama (RMBA) raup laba Rp 11,25 miliar
"Penurunan volume penjualan akibat kenaikan harga jual rokok yang dilakukan oleh HMSP, tidak diikuti pesaingnya, seperti GGRM," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (1/11).
Selanjutnya, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony berpendapat, penurunan pendapatan dan laba bersih yang dialami WIIM disebabkan karena produk-produk WIIM tidak tersebar secara luas, seperti HMSP dan GGRM.
"Sehingga konsumen WIIM juga tidak banyak. WIIM juga kalah untuk mendapatkan konsumen baru dibandingkan dengan HMSP dan GGRM," kata dia.
Baca Juga: Menakar akal-akalan industri rokok lewat simplifikasi cukai hasil tembakau
Oleh karena itu, mengingat kinerja keuangan perusahaan yang masih terjaga, Chris melihat saham GGRM dan HMSP masih sangat menarik untuk jangka panjang. Terlebih lagi, harganya sudah tergolong murah setelah penurunan yang cukup dalam.
Bernada serupa, Jessica juga melihat prospek saham GGRM dan HMSP akan tumbuh lagi jika aturan pengenaan tarif cukai berjalan dengan baik.