kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba Bersih Indofood (INDF) Turun Hingga 36% di Kuartal I-2024, Ini Penyebabnya


Kamis, 02 Mei 2024 / 11:36 WIB
Laba Bersih Indofood (INDF) Turun Hingga 36% di Kuartal I-2024, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat penurunan laba bersih ada kuartal I-2024.. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/29/04/2024


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat penurunan laba bersih ada kuartal I-2024. INDF membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,44 triliun per 31 Maret 2024. Angka tersebut turun 36,36% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 3,84 triliun. 

Sedangkan penjualan bersih INDF masih mampu tumbuh 0,81% YoY menjadi Rp 30,79 triliun di kuartal I-2024. Sementara pada kuartal I-2023, penjualan bersih INDF hanya Rp 30,64 triliun. 

Di sisi lain, beban pokok penjualan INDF juga turun 3,69% secara tahunan menjadi Rp 20,27 triliun. Alhasil, laba usaha INDF per Maret 2024 mencapai Rp 6,41 triliun yang naik 29,17% YoY. 

Baca Juga: Begini Strategi Anthoni Salim Jaga Kinerja Indofood Sukses Makmur (INDF)

Namun INDF harus menanggung beban keuangan sebesar Rp 2,35 triliun pada periode Januari–Maret 2024 atau naik 202,17% YoY. Padahal di periode yang sama di 2023, beban keuangan INDF hanya Rp 779,47 miliar. 

Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren mencatat adanya pemulihan laba bersih INDF secara kuartalan pada kuartal I 2024, setelah menorehkan laba yang rendah pada kuartal IV 2023.  Meski begitu Edi mengatakan laba bersih pada kuartal I 2024 INI yang masih mengalami penurunan hingga 36% YoY.

"Angka itu lebih rendah dari ekspektasi karena hanya setara 24% dari estimasi konsensus keseluruhan tahun dan 25% dari estimasi keseluruhan tahun 2024 dari Stockbit," jelas Edi pada riset yang dikutip Kamis (2/5). 

Menurut Edi, rendahnya laba bersih INDF pada kuartal I 2024 disebabkan oleh kerugian kurs yang signifikan sebesar Rp 1,2 triliun. Padahal Edi melihat secara operasional kinerja INDF cukup baik dengan laba usaha meningkat menjadi Rp 5,9 triliun atau tumbuh 12% YoY. 

"Hasil laba usaha tersebut sejalan dengan ekspektasi kami (30% dari estimasi keseluruhan tahun 2024 Stockbit), meski di bawah ekspektasi konsensus (26% dari estimasi konsensus keseluruhan tahun 2024)," ujarnya.

Lebih lanjut Edi menjelaskan pertumbuhan laba usaha INDF pada kuartal I 2024 ini utamanya dikontribusikan oleh peningkatan margin laba kotor secara tahunan berkat penurunan beban bahan baku sebesar 14% YoY. 

Pada kuartal I 2024, Edi mencatat margin laba kotor naik drastis dibandingkan tahun lalu ke level 34,1%, meski turun secara kuartalan (jika dibandingkan da kuartal IV 2023).

"Pendapatan tergolong lemah, hanya tumbuh 1% YoY dan setara 26% dari estimasi Stockbit dan konsensus, di bawah ekspektasi," ucap Edi.

Baca Juga: Laba Bersih Indofood (INDF) Menyusut 36% Menjadi Rp 2,44 Triliun pada Kuartal I-2024

Sedangkan Edi melihat berdasarkan segmennya, Consumer Branded Products (ICBP) yang merupakan segmen utama menjadi salah satu segmen dengan kinerja terbaik. Ia mencatat laba usaha segmen ini tumbuh 13% YoY, didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang naik 5% YoY dan kenaikan margin. Begitu pula segmen distribusi membukukan pertumbuhan laba usaha tertinggi, sementara agribisnis menjadi segmen dengan kinerja paling lemah pada kuartal I 2024.

Meski laba usaha ICBP dapat tumbuh lebih dari 10% YoY pada kuartal I 2024 dan tergolong sejalan dengan ekspektasi konsensus, Edi mangatakan kinerja laba bersihnya juga terbebani rugi kurs signifikan. 

"Hal ini menyebabkan laba bersih ICBP turun 41% YoY dan berada di bawah ekspektasi karena hanya setara 24% dari estimasi konsensus keseluruhan tahun 2024," jelasnya.

Edi menprediksi dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih berada dalam tekanan, terdapat risiko bahwa kerugian kurs masih dapat bertambah. Selain itu, menurutnya terdapat juga risiko pada margin dari kenaikan harga gandum belakangan ini sekitar 8% MoM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×