Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara akumulasi selama sembilan bulan pertama di 2024, kinerja para emiten telekomunikasi masih mencatatkan tren pertumbuhan. Namun secara kuartalan kinerja emiten halo-halo ini mengalami tekanan.
Pada periode Juli–September 2024, laba bersih para emiten telekomunikasi mengalami penurunan secara kuartalan. PT XL Axiata Tbk (EXCL), misalnya, yang laba bersihnya menyusut 16% secara kuartalan menjadi Rp 292 miliar di kuartal III-2024.
Padahal di periode April–Juni 2024, EXCL meraup laba bersih sebesar Rp 486 miliar. Secara akumulasi sepanjang Januari–September 2024, laba bersih XL Axiata mencapai Rp 1,31 triliun atau naik 32% secara tahunan atau Year on Year (YoY).
Penurunan juga terjadi pada PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchinson, yang laba bersihnya turun 21% secara kuartalan atau Quarter on Quarter (QoQ) menjadi Rp 1,14 triliun di kuartal III-2024 dari Rp 1,44 triliun di kuartal II-2024.
Baca Juga: Penting Dipantau, Harga Saham Blue Chip Ini Tren Turun, Laba Naik 31% Kuartal 3 2024
Senasib, laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga terkoreksi 12% QnQ menjadi Rp 5,91 triliun sepanjang Juli–September 2024. Pada kuartalan sebelumnya, emiten pelat merah ini memperoleh laba bersih sebesar Rp 5,8 triliun.
Lemahnya raihan laba bersih juga dipengaruhi oleh turunnya pendapatan rata-rata per pengguna alias Average Revenue Per User (ARPU). ARPU ISAT pada kuartal III-2024 mengalami penurunan 3% QnQ menjadi Rp 37.200.
Kemudian ARPU mobile TLKM menyusut 4% QnQ menjadi Rp 43.100 dengan ARPU Indihome yang ikut turun 2% QnQ menjadi Rp 234.700. Lalu blended ARPU EXCL turun 7% QnQ menjadi Rp 41.000.
Baca Juga: Nilai Sinergi GOTO dan TLKM Berpotensi Terus Meningkat, Begini Kata Analis
Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis bilang periode kuartal III-2024, terjadi penurunan aktivitas ekonomi yang biasanya terjadi secara musiman, tetapi penurunan kali ini jauh lebih besar dari biasanya.
"Ini dapat dilihat dari pertumbuhan PDB yang berada di bawah 5%. Semakin jelas bahwa kondisi makro ekonomi saat ini sedang melemah," kata dia kepada Kontan akhir pekan lalu.
Memasuki kuartal terakhir di 2024 ini, Nico menilai sudah ada indikasi kalau konsumsi pelanggan sudah kembali pulih. Apalagi di akhir tahun ini ada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menimpali penurunan dan kenaikan ARPU, bisa jadi tanda persaingan ketat di industri telekomunikasi yang kembali kembali sengit.
"Selain itu juga terjadi pergeseran preferensi konsumen, karena pengguna semakin cerdas dalam memilih paket data sehingga berdampak pada pengguna data secara keseluruhan," kata dia.
Baca Juga: Kinerja Emiten Menara Telekomunikasi Terus Tumbuh, Intip Rekomendasi Sahamnya
Sukarno menilai pertumbuhan ekonomi yang kuat akan mendorong peningkatan konsumsi data. Di sisi lain, para emiten telekomunikasi masih dihantui adanya peluang ekonomi melambat yang akan menghambat permintaan layanan telekomunikasi.
Lebih lanjut, Kiwoom Sekuritas masih merekomendasikan wait and see terhadap saham-saham emiten telekomunikasi ini dalam jangka pendek karena tren sedang dalam penurunan dan belum ada kuat belum kembali menguat.
Namun, Sukarno bilang investor bisa menggunakan strategi akumulasi beli atau buy on weakness. Namun saham pilihan Kiwoom Sekuritas jatuh pada TLKM dengan target harga Rp 3.000.
Sementara Niko menilai baik TLKM, ISAT dan EXCL akan positif di sisa tahun ini. Namun dia menilai EXCL bisa mencetak pertumbuhan kinerja yang lebih positif di tahun depan.
Selanjutnya: Prabowo Bertemu PM Li Qiang, Ekonom Prediksi Peningkatan Kerja Sama Ekonomi RI-China
Menarik Dibaca: Penyebab Sinyal Wi-Fi Lambat, Salah Cara Memasang Router
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News