Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para emiten menara telekomunikasi masih melanjutkan tren pertumbuhan kinerjanya hingga kuartal III-2024. Sejalan dengan itu, analis masih merekomendasikan beli untuk saham infrastruktur ini.
Misalnya, laba tahun berjalan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) mencapai Rp 1,53 triliun hingga kuartal III-2024. Raihan itu tumbuh 7,14% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 1,43 triliun.
Dari top line, pendapatan MTEL mencapai Rp 6,81 triliun sepanjang periode Januari–September 2024 atau meningkat 8,69% secara tahunan dari Rp 6,27 triliun dari raihan per September 2023.
Di sisi lain, kinerja PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) cukup positif. Di mana, laba bersih TOWR mencapai Rp 2,44 triliun per September 2024 atau naik 0,89%. Dari sisi top line, pendapatan TOWR masih mampu tumbuh 8,37% YoY menjadi Rp 9,44 triliun selama periode Januari–September 2024.
Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Aming Santoso menjelaskan kuartal III-2024 menjadi kuartal pertama di mana kinerja IBST sudah berkontribusi terhadap kinerja Grup Sarana Menara Nusantara alias sudah terkonsolidasi.
Baca Juga: Hingga Kuartal III-2024, Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Ketambahan 1.801 Penyewa
"Akuisisi IBST menyumbangkan laba bersih Rp 41 miliar kepada TOWR selama tiga bulan terakhir. Kami optimistis sinergi operasional akan terus membaik sehingga laba bersih IBST bisa meningkat," katanya belum lama ini.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menjadi emiten terakhir yang merilis kinerja keuangannya. Hasilnya, pendapatan TBIG tumbuh 3,51% YoY menjadi Rp 5,12 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,16 triliun atau naik 4,38% YoY.
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong memaparkan sampai dengan 30 September 2024, TBIG tercatat memiliki 42.546 penyewaan dan 23.681 sites telekomunikasi.
Site telekomunikasi TBIG terdiri dari 23.565 menara telekomunikasi dan 116 jaringan Distributed Antenna System (DAS). Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 42.430, maka rasio kolokasi TBIG mencapai 1,80 kali.
"Di sembilan bulan pertama 2024, kami telah menambahkan 1.801 penyewaan ke dalam portofolio kami yang terdiri dari 1.281 sites telekomunikasi dan 520 kolokasi," jelas Hardi akhir pekan lalu.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mencermati TBIG menjadi emiten yang kinerjanya paling kokoh berdasarkan capaian kinerja per kuartal III-2023 diantara pemain besar menara telekomunikasi.
Pada periode Juli–September 2024 laba bersih TBIG tumbuh 14,6% secara kuartalan. Secara akumulasi selama periode Januari–September 2024, laba bersih portofolio PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) ini naik 4,4% secara tahunan.
Sementara pada kuartal III-2024 saja, laba bersih TOWR hanya tumbuh 4,2% secara kuartalan. Pada sembilan bulan pertama di 2024, laba bersih emiten Grup Djarum ini tumbuh tipis 0,9% secara tahunan.
Sementara laba bersih MTEL mengalami koreksi 13,8% secara kuartalan di kuartal III-2024. Alhasil, laba bersih Mitratel selama sembilan bulan di 2024 hanya tumbuh 7,1% secara tahunan.
Analis Indo Premier Sekuritas Jovent Muliadi dan Ryan Dimitry dalam risetnya menjelaskan hasil kinerja MTEL hingga kuartal III-2023, sudah sesuai dengan ekspektasi mereka.
Begitu pula dengan kinerja TBIG yang sejalan dengan konsensus analis. Jovent dan Ryan menilai relokasi sites dari PT Indosat Tbk (ISAT) yang semakin cepat bakal menjadi katalis potensial bagi kinerja TBIG.
"Untuk TOWR secara umum kinerjanya sudah memenuhi ekspektasi mereka. Peningkatan tren pembangunan infrastruktur serta pertumbuhan pendapatan non-menara," tulisnya dalam riset.
Lebih lanjut, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beli TOWR dengan target harga di Rp 1.100. Jovent dan Ryan juga merekomendasikan beli TBIG dan MTEL dengan masing-masing target harga di Rp 2.300 dan Rp 800.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News