kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kurs rupiah masih punya peluang menguat di awal November


Senin, 02 November 2020 / 06:00 WIB
Kurs rupiah masih punya peluang menguat di awal November


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah masih memiliki peluang menguat di awal November ini. Rupiah pada penutupan terakhir (27/10), menguat 0,17% ke Rp 14.625 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat naik ke Rp 14.690 per dolar AS atau menguat tipis 0,05%.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf memperkirakan rupiah akan melemah pada rentang Rp 14.600 per dolar AS-Rp 14.710 per dolar AS pada hari ini, Senin (2/11). Ekonom Indef Bhima Yudhistira justru memperkirakan rupiah berpeluang menguat pada kisaran Rp 14.580 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS.

Menurut Bhima, sentimen yang mendukung penguatan rupiah adalah sentimen fasilitas generalized system of preferences (GSP) dari AS tidak berubah. Artinya fasilitas keringanan bea masuk produk Indonesia ke AS tetap diberikan. 

“Pernyataan ini disampaikan Office of US Trade Representatives pada Jumat lalu. Keputusan AS akan menjadi angin segar terhadap kinerja ekspor produk Indonesia yang sempat alami penurunan akibat resesi global dan pandemi,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (1/11).

Baca Juga: Salah satu kebijakan AS berpotensi mengangkat rupiah pada Senin (2/11)

Selain itu, berkembangnya isu boikot produk Prancis di berbagai negara mayoritas muslim akan menambah berat perbaikan ekonomi di Eropa. Sementara dari dalam negeri, Bhima menyebut perhatian pasar tertuju pada rilis beberapa data penting seperti PMI IHS Markit pada 2 November mendatang. 

Alwi mengatakan, saat ini pelaku pasar justru memilih aset safe haven, khususnya dolar AS. Pasalnya, dengan tidak adanya stimulus yang hadir di pasar, ketidakpastian politik di AS akan menjadi sentimen pemberat buat aset berisiko. Dalam hal ini rupiah kemungkinan akan terkena imbasnya. 

“Belum lagi, melonjaknya kasus virus corona secara global, yang memaksa beberapa negara di Eropa melakukan lockdown, seperti Jerman dan Perancis. Hal ini semakin meningkatkan kekhawatiran mengenai double dip recession,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10).

Baca Juga: Indeks dolar AS masih perkasa, rupiah bisa melemah pada Senin (2/11)

Sementara dari dalam negeri, Alwi menyebut pada Senin (2/11) akan ada rilis data inflasi bulan Oktober, yang diperkirakan naik tipis ke kisaran 1,45%-1,5%. Selain itu terdapat juga data kepercayaan bisnis (Q2), yang diperkirakan turun menjadi 75 dari 102,90. 

Dengan data yang bervariasi ini, pada akhirnya juga kurang mendukung sentimen rupiah. Menurut Alwi, selama belum ada berita positif mengenai perkembangan stimulus di akhir minggu, sentimen keseluruhan masih belum mendukung rupiah. 

Baca Juga: Penurunan bursa global akan menekan IHSG di pekan depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×