Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah anjlok di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini. Selasa (12/11), rupiah spot ditutup melemah 0,59% ke level Rp 15.782 per dolar AS.
Begitupun rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) melemah 0,60% ke level Rp 15.771 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan tekanan bukan hanya dialami rupiah, tetapi kebanyakan mata uang juga melemah terhadap dolar AS. Ini disebabkan oleh kekhawatiran investor akan dampak buruk dari kebijakan tarif oleh presiden AS terpilih Donald Trump apabila diterapkan setelah menjabat.
"Kebijakan tarif Trump akan sangat membebani ekonomi dunia terutama negara-negara eksportir," kata Lukman kepada kontan.co.id, Selasa (12/11).
Baca Juga: Indeks Dolar AS Menguat, Mata Uang Asia Semakin Tertekan
Di samping itu, rupiah juga tertekan oleh data penjualan ritel Indonesia yang lebih rendah dari bulan sebelumnya. Menurut Lukman, sekalipun Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi rupiah diperkirakan masih dalam tekanan.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS melesat ke level tertinggi dan imbal hasil Treasury juga bergerak naik. Alhasil mata rupiah bergerak tertekan sepanjang hari ini.
Kenaikan dolar ini disebabkan pasar bertaruh terhadap kebijakan inflasi dibawah kepemimpinan Trump yang diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang.
"Sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi diperkirakan akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi," kata Ibrahim.
Baca Juga: Rupiah Ambruk, Dolar AS Menguat 2,3% Dalam Sepekan Hingga Selasa (12/11)
Di samping itu, pasar juga menurunkan ekspektasinya terhadap pemangkasan suku bunga global. Ibrahim mengutip CME Fedwatch, para pedagang memperkirakan peluang 66,7% untuk pemangkasan 25 bps lagi pada bulan Desember, dan peluang 33,3% suku bunga akan tetap tidak berubah.
Di sisi lain Kongres Rakyat Nasional China menyetujui 10 triliun yuan atau sekitar US$ 1,4 triliun dalam langkah-langkah utang baru untuk mendukung pemerintah daerah.
Sementara strategi untuk konsumsi pribadi dan pasar properti, terutama dalam menghadapi peningkatan tarif perdagangan di bawah kepresidenan Trump belum ada target yang jelas.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,60% ke Rp 15.771 Per Dolar AS, Selasa (12/11)
Dari dalam negeri, penjualan eceran pada Oktober 2024 diperkirakan mengalami penurunan. Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diprakirakan mencapai 209,5 atau tumbuh melambat sebesar 1,0% YoY.
Sementara secara bulanan, IPR Oktober mengalami kontraksi 0,5% MtM. Adapun, IPR Oktober 2024 ini lebih rendah dari IPR bulan September lalu yang mencapai 210,6.
Ibrahim memproyeksi pada perdagangan besok, Rabu (13/11), rupiah masih melanjutkan pelemahan di rentang Rp 15.770 per dolar AS-Rp 15.880 per dolar AS. Sementara Lukman memprediksi rupiah bergerak di Rp 15.750 per dolar AS-Rp 15.900 per dolar AS.
Selanjutnya: Menilik Potensi Minyak Jelantah untuk Biodiesel di Tengah Penurunan Produksi CPO
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Wilayah Yogyakarta, Hujan Ringan di Empat Kabupaten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News