kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.169   31,00   0,19%
  • IDX 7.055   71,46   1,02%
  • KOMPAS100 1.056   15,44   1,48%
  • LQ45 830   13,30   1,63%
  • ISSI 213   1,17   0,55%
  • IDX30 424   7,51   1,80%
  • IDXHIDIV20 510   8,12   1,62%
  • IDX80 120   1,73   1,46%
  • IDXV30 125   0,86   0,70%
  • IDXQ30 141   2,17   1,56%

Kurs Rupiah Dipatok Rp 16.000 per Dolar AS, Intip Rekomendasi Saham Berikut


Senin, 23 September 2024 / 17:50 WIB
Kurs Rupiah Dipatok Rp 16.000 per Dolar AS, Intip Rekomendasi Saham Berikut
ILUSTRASI. Secara umum, asumsi kurs ini memberikan peluang bagi emiten yang berbasis impor.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penetapan asumsi kurs Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dapat berdampak beragam bagi emiten yang bergerak di sektor ekspor-impor. 

Asumsi rupiah di tahun depan ini lebih tinggi ketimbang posisi rupiah sekarang. Senin (23/9), kurs rupiah spot berada di Rp 15.206 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan kurs rupiah Jisdor berada di Rp 15.191 per dolar AS.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana memprediksi, emiten yang memiliki dominasi impor seperti sektor farmasi akan terdampak positif. Pasalnya, biaya pembelian bahan baku yang sebagian besar masih berasal dari impor akan lebih murah dengan penguatan rupiah.

"Sebagai contoh, bahan baku farmasi yang masih diimpor hingga 90% dapat mengurangi tekanan biaya produksi," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Senin (23/9).

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah pada Selasa (24/9)

Kemudian, emiten seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), yang bergerak di sektor ritel dengan banyak mengimpor barang kebutuhan rumah tangga dan gaya hidup, juga akan merasakan keuntungan karena penurunan biaya impor dapat mendongkrak margin keuntungan.

Emiten lain seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dari grup Salim diproyeksi juga mendapatkan keuntungan dari penurunan beban bunga pinjaman luar negeri, karena selisih kurs yang lebih baik akan menurunkan biaya keuangan mereka.

Secara umum, asumsi kurs ini memberikan peluang bagi emiten yang berbasis impor. Namun, bagi emiten yang fokus pada ekspor, penguatan rupiah bisa menjadi tantangan karena produk mereka menjadi lebih mahal di pasar internasional. 

Baca Juga: Penerimaan Bea dan Cukai Capai Rp 183,2 Triliun per Agustus 2024

"Menurut pandangan analis, idealnya kurs yang seimbang antara Rp 15.000 hingga Rp 15.500 per dolar AS dianggap lebih pas untuk menjaga daya saing ekspor sekaligus menjaga stabilitas biaya impor," ujarnya.

Hendra merekomendasikan untuk mencermati saham INDF dengan target harga Rp 7.500 per saham, PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan target harga Rp 1.580, PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) dengan target harga Rp 220 dan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) dengan target harga Rp 990.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×