Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disokong data neraca perdagangan periode Januari 2022 yang surplus. Selasa (15/2), rupiah menguat 0,19% ke Rp 14.300 per dolar AS. Kompak, kurs Jisdor versi Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,32% menjadi Rp 14.292 per dolar AS.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan, kurs rupiah hari ini akan bergerak di Rp 14.290 per dolar AS-Rp 14.365 per dolar AS. Sedangkan, Analis DC Futures Lukman Leong mengekspektasikan rupiah di rentang Rp 14.200 per dolar AS-Rp 14.350 per dolar AS.
Reni mengatakan, tekanan dari sentimen kenaikan suku bunga Federal Reserved (The Fed) mulai mereda diimbangi oleh data ekonomi dalam negeri yang membaik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Januari 2022 mencapai US$ 930 juta. Sebelumnya, posisi cadangan devisa Indonesia di Januari yang mencapai US$ 141,3 miliar juga mendukung penguatan rupiah.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,32% ke Rp 14.292 Per Dolar AS Pada Selasa (15/2)
Rupiah bisa kembali menguat karena juga didukung capital inflow atawa aliran dana asing masuk ke pasar saham dan obligasi.
Pemerintah yang memutuskan untuk menyesuaikan aturan kapasitas bekerja dari kantor di wilayah PPKM level 3 juga mendukung penguatan rupiah sore ini. Pemerintah memutuskan kegiatan perkantoran dapat dilaksanakan dengan maksimal 50% kapasitas dari aturan sebelumnya yang hanya 25%.
"Pelonggaran PPKM di perkantoran bisa meningkatkan aktivitas bisnis dan memberi sentimen positif bagi rupiah," kata Reny, Selasa (15/2).
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.807 Pada Selasa (15/2), Asing Mencatat Net Buy 10 Hari Beruntun
Lukman menambahkan penguatan rupiah juga masih tersokong dari kenaikan harga komoditas. Lukman memproyeksikan meski memanasnya geopolitik Rusia-Ukraina dan juga AS memicu kekhawatiran, tetapi penguatan rupiah masih berpotensi terjadi pada perdagangan hari ini.
"Pelaku pasar cenderung wait and see baik terhadap dolar AS maupun rupiah di tengah sentimen geopolitik, tetapi potensi penguatan rupiah masih ada," kata Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News