Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar rupiah anjlok ke level terlemah sejak Krisis Keuangan Asia hampir tiga dekade lalu pada Selasa (25/3), tertekan oleh kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Namun, mata uang ini berhasil memangkas sebagian kerugiannya setelah intervensi Bank Indonesia (BI).
Baca Juga: Rupiah Sentuh Level Terendah Sejak 1998, Alarm Waspada
Rupiah lesu hingga 0,5% ke level 16.640 per dolar AS, titik terendah sejak Juni 1998 saat krisis melanda Asia.
Pada perdagangan terakhir, rupiah berada di level 16.590 per dolar, mendekati posisi terendah dalam sebulan.
Sejauh ini, mata uang tersebut telah melemah lebih dari 3% sepanjang tahun 2024 dan menjadi salah satu mata uang pasar berkembang dengan kinerja terburuk di dunia.
Seorang pejabat BI mengatakan kepada Reuters bahwa bank sentral telah melakukan intervensi untuk meredam pelemahan rupiah.
Pelemahan ini disebabkan oleh faktor global dan domestik, termasuk tingginya permintaan pasar domestik untuk repatriasi dana dan pembayaran lainnya.
Rencana belanja populis Presiden Prabowo Subianto, usulan pengawasan BUMN oleh lembaga sovereign wealth fund yang baru, serta ekspansi peran militer dalam masyarakat sipil telah memicu kekhawatiran akan stabilitas fiskal jangka panjang Indonesia.
Kecemasan pasar semakin meningkat pekan lalu setelah beredar rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sebagai penjaga disiplin fiskal pemerintah.
Baca Juga: Tekanan Masih Besar, Rupiah Diproyeksi Lanjut Melemah pada Selasa (25/3)
Sri Mulyani kemudian membantah rumor tersebut dan menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas anggaran negara.
"Kinerja buruk rupiah sebagian besar disebabkan oleh faktor fundamental yang melemah, termasuk kekhawatiran fiskal, defisit transaksi berjalan yang tak terduga, perlambatan ekonomi, dan ekspektasi bahwa BI mungkin harus segera melonggarkan kebijakan," ujar Christopher Wong, analis mata uang di OCBC.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1% setelah menyentuh level terendah dalam lebih dari tiga tahun pada Senin, dipimpin oleh pemulihan saham sektor keuangan.
Tushar Mohata, analis riset ekuitas di Nomura, mengatakan bahwa kekhawatiran investor kemungkinan telah mencapai puncaknya, sehingga pasar saham menawarkan peluang pemulihan yang menarik.
"Dengan semakin jelasnya situasi ini, kami melihat peluang karena pasar tampaknya telah memperhitungkan terlalu banyak sentimen negatif, dan rasio risiko-imbal hasil menjadi lebih menguntungkan," tulis Mohata.
Meski demikian, IHSG tetap menjadi salah satu indeks dengan kinerja terburuk di kawasan, mencatat penurunan 12% sepanjang tahun ini. Investor asing telah melepas saham senilai lebih dari US$2 miliar dalam periode tersebut.
Baca Juga: Rupiah Terus Tertekan ke Level Rp 16.575 Selepas Tengah Hari (24/3), Ini Sebabnya
Di pasar regional, Indeks Straits Times Singapura mencapai rekor tertinggi yang dipimpin oleh saham perbankan, sementara dolar Singapura tidak mengalami perubahan.
Ringgit Malaysia melemah 0,2%, dan baht Thailand turun ke level terendah dalam tiga minggu. Saham di Taiwan dan Malaysia naik sekitar 0,7%, sedangkan indeks saham Filipina turun 0,4%.
Selanjutnya: Sah! Ini Susunan Jajaran Komisaris dan Direksi XLSmart Hasil Merger EXCL-FREN
Menarik Dibaca: Resep Baklava Simpel yang Legit untuk Suguhan Lebaran, Hanya Pakai 4 Bahan Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News