kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kresna Sekuritas proyeksi The Fed pangkas suku bunga, ini nasib saham properti


Minggu, 28 Juli 2019 / 12:59 WIB
Kresna Sekuritas proyeksi The Fed pangkas suku bunga, ini nasib saham properti


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rabu (31/7) pekan ini, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunganya. Kresna Sekuritas mengungapkan pasar memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 75-100 basis poin (bps) di akhir tahun ini.

Kendati begitu, Analis Kresna Sekuritas Franky Rivan menilai ekspektasi pasar terhadap The Fed terlalu dovish. Menurutnya, The Fed hanya akan menurunkan 50 bps pada sisa tahun ini. Sebab AS telah memenuhi tingkat pekerjaan penuh.

"dan data terbaru menunjukkan peningkatan yang berarti," imbuh Franky melalui laporan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (28/7).

Baca Juga: Hasil data ekonomi AS akan menyokong pergerakan rupiah pada Senin besok

Selain itu, pengenaan tarif impor yang lebih tinggi akhir-akhir ini karena perang dagang menyebabkan angka inflasi tinggi dan harga minyak mentah hampir 10% lebih tinggi pada saat ini.

Adapun rata-rata harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada kuartal I-2019 tercatat US$ 54,7 per barel sementara pada kuartal II-2019 tercatat US$ 60 per barel.

Berdasarkan data yang dimiliki Kontan.co.id, inflasi AS pada Juni 2019 tercatat 1,6% secara tahunan (yoy). Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan inflasi bulan sebelumnya.

Baca Juga: Penantian investor terhadap FOMC akan pengaruhi arah rupiah

Para pembuat kebijakan di The Fed menjadikan inflasi yang rendah sebagai alasan untuk membuka peluang menurunkan suku bunga.

Dengan begitu, jelas Franky, efek kumulasi yang dijelaskannya tadi harus bisa mendukung target inflasi AS 2%. Apalagi, hingga saat ini The Fed juga belum memangkas suku bunganya sehingga perlu sikap ultra-sovish dari The Fed untuk memenuhi ekspektasi pasar.

"Sehingga ini mempersempit ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan sikap dovishnya," jelas Franky.

Terlepas dari pelonggaran kebijakan moneter, Kresna Sekuritas melihat pelonggaran KPR akan terbatas karena likuiditas di perbankan cukup ketat yaitu 95,5% loan to deposit ratio (LDR).

Untuk itu, jelas Franky, Kresna Sekuritas mempertahankan penilaian netral pada sektor industri. Terutama karena penurunan suku bunga yang masif pada tahun 2015-2018 telah gagal meningkatkan permintaan di sektor properti, apalagi pada tahun ini diprediksi BI hanya menurunkan suku bunga satu kali.

Selain itu, sulit bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga sesuai ekspektasi pasar yaitu 75-100 bps. "Bahkan jika penurunan suku bunga besar0besaran lainnya akan datang, fundamental perbankan saat ini akan menghalangi penurunan suku bunga pencairan pinjaman," imbuh dia.

Untuk itu, Kresna Sekuritas menyarankan hold untuk PWON dengan target harga Rp 740 karena pendapatan penyewaan properti cukup kuat meskipun penjualan properti cukup lemah saat ini.

Dia juga menyarankan hold BSDE dengan target harga Rp 1.320. Sebab BSDE memiliki ketergantungan yang besar pada penjualan properti yang memberi sedikit penyangga pada arus kas mereka.

Baca Juga: Menanti pengumuman The Fed, simak rekomendasi analis terhadap pergerakan IHSG

Adapun saat ini harga PWON sebesar Rp 670 dan BSDE sebesar Rp 1.340.

Sementara itu, dia menyarankan untuk jual saham CTRA dengan target harga Rp 1.050 dan juga untuk SMRA dengan target harga Rp 880.

Adapun saat ini harga saham SMRA Rp 1.220. Kresna Sekuritas khawatir pada rasio utang SMRA yang membebani risiko penurunannya.

"Keempat pengembang diharapkan merilis laporan keuangan kuartal dua ini, yang kami simpulkan tidak boleh mengandung risiko naik signifikan," jelas Franky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×