kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit Mulai Tumbuh, Perbankan Tidak Akan Langsung Cabut dari Pasar SBN


Minggu, 17 Juli 2022 / 12:23 WIB
Kredit Mulai Tumbuh, Perbankan Tidak Akan Langsung Cabut dari Pasar SBN
ILUSTRASI. Kepemilikan bank di SBN tetap tumbuh walau kredit mulai naik


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika sebelumnya pasar Surat Berharga Negara (SBN) ditopang oleh perbankan dan Bank Indonesia (BI), mulai ada kekhawatiran dua porsi tersebut bakal mulai mengurangi eksposurnya di pasar SBN. Terlebih, dengan penyaluran kredit perbankan yang mulai cair seiring dengan semakin pulihnya ekonomi Indonesia.

Data BI menyebutkan, penyaluran kredit perbankan tumbuh 8,7% secara year on year menjadi Rp 5.999,0 triliun per Mei. Pertumbuhan tersebut melewati kepemilikan perbankan di SBN.

Asal tahu saja, kepemilikan perbankan di SBN hanya tumbuh 6,39% dari Rp 1.528,57 triliun menjadi Rp 1.626,21 triliun per akhir Mei 2922. Hal ini bisa menjadi indikasi perbankan lebih memilihkan mengalihkan dana ke kredit.

Sekalipun perbankan mulai keluar dari pasar SBN, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai pasar SBN masih akan tetap ramai. Ia tak memungkiri keluarnya perbankan akan memberikan dampak, namun menurutnya, dampaknya masih cenderung minim.  

Baca Juga: Bank Mulai Mengerem Kepemilikan SBN, Pasar SBN Tetap Menarik

Terlebih dengan pemerintah yang sudah mengurangi rencana penerbitan SBN di sisa tahun ini. Dengan pasokan SBN yang terbatas, diimbangi masih tingginya permintaan dari investor non-perbankan seperti reksadana, dana pensiun, hingga asuransi yang masih besar dan terus tumbuh akan dapat menopang pasar SBN.

“Toh perbankan juga tidak akan melepas kepemilikan SBN secara masif, lebih ke bertahap. Karena kan bagaimanapun saat ini masih ada pertimbangan pemulihan ekonomi yang belum optimal,” jelas Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (15/7).

Lebih lanjut, ia melihat pasar SBN saat ini justru akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan terkait suku bunga.

Wawan menjelaskan, sebenarnya ada peluang BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini karena tekanan yang makin kuat, khususnya dari eksternal. Namun, jika dari dalam negeri, ia justru melihat BI masih bisa kembali menahan suku bunga.

Pasalnya, saat ini, inflasi domestik masih cenderung terkendali walaupun mengalami kenaikan. Selain itu, likuiditas dari perbankan saat ini juga masih bagus. Bahkan, untuk harus memperkecil likuiditas tersebut, BI masih punya senjata lewat menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM), alih-alih menaikkan suku bunga.

“Padahal, kepastian dan kestabilan suku bunga adalah yang dinanti-nanti pelaku pasar, termasuk investor asing. Selama belum ada kepastian terkait hal tersebut, pasar SBN masih akan volatil,” imbuh Wawan.

Baca Juga: Modal Asing Kabur Rp 8,56 Triliun dalam Sepekan

Ke depan, Wawan melihat selain soal suku bunga dan sikap The Fed, sentimen lain yang bisa mempengaruhi pasar SBN adalah pergerakan nilai tukar rupiah, perkembangan inflasi, serta pertumbuhan ekonomi.

Di satu sisi, bagi investor yang punya time horizon jangka menengah atau panjang, dia menyebut kondisi saat ini justru bisa menjadi peluang untuk masuk ke pasar SBN.  

Pada akhir tahun nanti, Wawan memproyeksikan skenario terburuk untuk yield SBN acuan 10 tahun adalah bergerak ke area 7,5% - 8%. Hal ini bisa terjadi jika suku bunga BI7DRR naik menjadi 4,25%-4,5%.

“Sementara untuk skenario terbaik, yield SBN 10 tahun bisa menuju 7% pada akhir tahun nanti, dan yield SBN 5 tahun ke kisaran 6,5%,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×