Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski kredit tumbuh ekspansif, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tampak mampu menjaga kualitas kredit yang dimiliki. Ini sejalan dengan portofolio kredit Bank Mandiri yang banyak di sektor korporasi.
Sebagai informasi, posisi non performing loan (NPL) bank only yang melandai ke level 1,01% per Juni 2024. Posisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan periode Juni 2024 di level 1,53% atau telah turun sebesar 52 basis poin (bps).
Memang, saat ini Bank Mandiri rasa-rasanya diuntungkan saat industri perbankan didera pemburukan kualitas kredit macet di sektor UMKM. Sebab, kredit UMKM hanya senilai Rp 127 triliun dari total kredit Rp 1.532,35 triliun.
Baca Juga: Kredit Tumbuh Dua Digit Angkat Laba Bank-Bank Besar
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo bilang strategi yang digunakan bank berlogo pita emas ini agar tetap prudent adalah dengan fokus pada pertumbuhan kredit korporasi. Tentunya dengan mempertimbangkan portofolio guideline yang ada.
“Kita juga disiplin untuk memilih sesuai dengan yang sehat dan dengan strategi yang kita lakukan di antaranya loan follow transaction,” ujarnya.
Untuk kredit ritel sendiri, Sigit bilang pihaknya melakukan ekspansi dengan pendekatan dengan ekosistem korporasi maupun juga sektor unggulan di wilayah. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang tak bisa ditebak.
Di sisi lain, Bank Mandiri juga telah membentuk pencadangan yang memadai. Sampai dengan Juni, bank berkode emiten BMRI ini telah menyiapkan pencadangan yang cukup, dengan NPL Coverage ratio bank only di level optimal mencapai 332%.
Baca Juga: Bank Mandiri Bidik Bisnis Wealth Management Tumbuh 15%
Berkat disiplin dalam mengimplementasikan manajemen risiko, biaya kredit atau cost of credit (CoC) Bank Mandiri secara bank only juga berhasil dijaga di level 0,86% per Juni 2024. Kian membaik, bila dibandingkan periode Juni 2023 yang sebesar 0,98%
“Dalam melakukan ekspansi kredit, Bank Mandiri selalu memperhatikan potensi risiko yang ada, misal pelemahan daya beli,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News