Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
“Tantangan likuiditas menyebabkan CASA menurun dan COF relatif meningkat,” ungkap Leonardo dalam riset 22 Februari 2024.
Meski demikian, Leonardo melihat potensi kinerja BBRI meningkat yang didukung oleh pertumbuhan pinjaman mikro dan ultra mikro, serta kenaikan CoF yang bisa diminimalisir. Segmen mikro merupakan fondasi kuat BBRI, dimana tahun lalu mengubah strategi untuk menyasar produk mikro dari semula fokus ke Kredit Usaha Rakyat menjadi lebih fokus pada Kupedes yang meningkatkan yield dari pinjaman BBRI.
Selain fokus terhadap Kupedes, segmen Ultra Mikro yakni PNM & Pegadaian, serta efisiensi juga turut membantu BBRI mencetak performa yang optimal di tengah tahun yang menantang. Segmen Mikro (mencakup ultra Mikro) merupakan porsi terbesar penyaluran kredit BBRI yang bertumbuh 10,9% YoY di tahun 2023 lalu.
Leonardo menyematkan rating overweight untuk BBRI dengan target harga Rp 6.850 per saham. Adapun risiko negatif bagi BBRI antara lain situasi makro yang tidak kondusif khususnya yang menyerang segmen menengah ke bawah, situasi ketidakstabilan politik dan NIM yang tidak sesuai harapan, ekspektasi pertumbuhan pinjaman yang tidak sesuai ekspektasi dan juga tekanan suku bunga tinggi yang masih membayangi.
Sementara itu, Prasetya mempertahankan rekomendasi beli untuk BBRI dengan target harga Rp 6.800 per saham. Waspadai pemulihan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan, pertumbuhan kredit dan NIM yang lebih rendah dari perkiraan, serta kenaikan biaya kredit dan tingginya biaya pengeluaran (opex) sebagai risiko penurunan BBRI.
Kalau Agus mempertahankan rekomendasi buy untuk BBRI dengan target harga sebesar Rp 7.200 per saham. Target harga itu dipatok lebih tinggi daripada sebelumnya Rp 6.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News