Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cita-cita PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengantarkan anak usaha, yakni PT Krakatau Bandar Samudera masuk bursa saham, terpaksa harus ditunda. Keputusan korporasi tersebut mengikuti kebijakan Kementerian BUMN yang sebelumnya menitahkan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II untuk mengakuisisi sebagian saham Krakatau Bandar.
Akuisisi sebagian saham Krakatau Bandar oleh Pelindo II adalah bagian dari sinergi BUMN. Kebetulan, kedua perusahaan tersebut menjalankan bisnis serupa.
Kraktau Steel menilai, aksi korporasi tersebut justru berpotensi memberikan dampak positif bagi Krakatau Bandar. Pasalnya, anak perusahaannya tak lagi harus bersaing dengan kompetitor sesama BUMN. Keuntungan lain, Krakatau Steel berharap ada tambahan investasi dari Pelindo II yang bisa meningkatkan kinerja Krakatau Bandar.
Namun, Krakatau Steel tak mau kehilangan porsi kepemilikan mayoritas. "Kami masih mau jadi mayoritas sebesar 51% dan Pelindo kemungkinan akan ambil 49% saham Krakatau Bandar," kata Suriadi Arif, Corporate Secretary Krakatau Steel saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/7).
Mengintip laporan keuangan Krakatau Steel per 31 Maret 2018, Krakatau Bandar beroperasi secara komersial sejak tahun 1996 di Cilegon, Banten. Anak perusahaan itu mengelola Pelabuhan Cigading. Adapun 100% sahamnya milik Krakatau Steel.
Dalam periode itu, Krakatau Steel tercatat memiliki total aset sebelum eliminasi sebesar US$ 185,78 juta. Nilai aset itu susut 5,21% dalam periode year to date (ytd) atau ketimbang akhir tahun lalu.
Sementara Krakatau Bandar memiliki 48% saham PT Krakatau Argo Logistic. Kraktau Argo adalah perusahaan jasa fasilitas pelabuhan yang beroperasi sejak tahun 2014. Pemegang saham lainnya meliputi Argo Marine Total Company Limited, PT International Total Services & Logistics dan PT Multi Sentana Baja.
Waktu yang tepat
Meski sudah tahu sama tahu mengenai niat akuisisi Krakatau Bandar, hingga kini pembicaraan antara Krakatau Steel dengan Pelindo II belum tuntas. Maka dari itu, manajemen Krakatau Steel belum bisa menyebutkan perkiraan nilai akuisisi yang mesti dibayar oleh Pelindo II.
Krakatau Steel hanya mengatakan, kemungkinan rencaan initial public offering (IPO) Krakatau Bandar tak akan terealisasi tahun ini. "IPO kemungkinan mundur dari tahun 2018 karena akuisisi saham Pelindo, kami akan tunggu waktu yang tepat untuk IPO," tutur Suriadi.
Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur Utama PT Krakatau Bandar Tonno Sapoetro pernah mengatakan, dana IPO untuk membiayai ekspansi penambahan dermaga. Mereka ingin, kapasitas dermaga tahun lalu yang sebesar 17,6 juta ton per tahun, naik menjadi 40 juta ton per tahun pada tahun 2020.
Sejalan dengan itu, Krakatau Bandar ingin mencatatkan pendapatan minimal Rp 1,2 triliun dan laba bersih Rp 200 miliar pada tahun 2020. Sebagai perbandingan, tahun lalu mereka mengaku membukukan pendapatan sekitar Rp 900 miliar dengan laba sekitar Rp 192 miliar. Sementara pendapatannya sepanjang semester I 2018 mencapai Rp 490,4 miliar.
Dalam rangka meningkatkan kinerja, belum lama ini Kraktau Bandar menerapkan ERP SAP S/4 HANA yang mengacu pada sistem aplikasi enterprise resource planning (ERP). Target mereka adalah menurunkan biaya dan meningkatkan layanan. "Kami optimistis bisnis di pelabuhan kami akan terus meningkat seiring dengan tumbuhnya industri di wilayah Cilegon," ujar Tonno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News