Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah 1,5 tahun tertunda, kontrak proyek LRT akhirnya ditandatangani. Hal ini akan berdampak positif bagi PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebagai kontraktor atas proyek tersebut.
"Overhang yang selama ini menutup prospek ADHI akhirnya terangkat," tulis Joko Sogie, analis Deutsche Verdana Indonesia dalam risetnya.
Nilai proyek sepanjang 43 kilometer (km) tersebut senilai Rp 23,4 triliun. Ini untuk tahap I saja. Targetnya, Mei 2019 proyek ini sudah kelar.
Sehingga, lanjut Joko, proyek ini akan menopang kontrak baru ADHI hingga tahun 2019. Nilai order book-nya juga hampir dipastikan akan tinggi.
"Soalnya, nilai kontrak LRT itu dua kali lebih tinggi dibanding rata-rata kontrak baru ADHI setiap tahun," jelas Joko.
Selain itu, proyek ini juga diprediksi akan berjalan lancar. Pasalnya, akuisisi lahan atas proyek ini terbilang minim, beda dengan proyek jalan tol yang butuh banyak akuisisi lahan.
Manajemen ADHI sendiri menargetkan kontrak baru Rp 5 triliun dari proyek LRT. Ada laba sekitar Rp 250 miliar-Rp 300 miliar di balik potensi pemasukan tersebut.
Sentimen positif itu ditambah dengan valuasi ADHI yang tergolong murah. Harga saham ADHI saat ini terdiskon 40% dibanding rata-rata PE sektornya yang sebesar 17 kali.
Mengacu pada semua sentimen positif itu, Joko merekomendasikan buy ADHI dengan target harga Rp 3.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News