Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis e-commerce di Indonesia diprediksi akan berkembang pesat di tahun 2023 didorong kenaikan konsumsi domestik. Bisakah hal tersebut menjadi sentimen positif bagi para emiten e-commerce?
Perusahaan analisis tren bisnis WGSN melihat bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan industri ritel paling pesat di Asia Pasifik pada tahun 2023. Hal itu disampaikan dalam laporan berjudul Asia: Markets to Watch 2023 yang dirilis baru-baru ini.
APAC Consultant WGSN Annya Suhardi mengatakan, sebagai negara berkembang dengan perkembangan industri e-commerce yang masif, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.
“Setelah pandemi Covid-19, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2022 mencapai nilai tertingginya, yaitu sebesar 5,31%, dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir,” kata Annya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/6).
Baca Juga: Mampukah Inovasi E-commerce Berdampak Positif ke Kinerja Sahamnya di Tahun Ini?
Annya mengatakan, toko fisik saat ini memang sudah mulai kembali dipadati karena masyarakat sudah mulai kembali beraktivitas. Namun, kebutuhan masyarakat akan platform digital masih tinggi karena transaksi bisa dibarengi dengan aktivitas lain.
“Jadi, banyak brand dan toko saat ini menggabungkan platform online dan offline. Mereka punya toko yang bisa didatangi secara fisik, tetapi transaksinya terkoneksi dengan layanan digital mereka,” ujar dia.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, potensi konsumsi domestik memang akan meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19.
“Minat masyarakat belanja di e-commerce tetap tinggi dengan ekspektasi peningkatan daya beli, karena melandainya inflasi domestik,” ujar Praska kepada Kontan.co.id, Rabu (7/6).
Baca Juga: Konsumsi Domestik Naik, Begini Tren Bisnis E-commerce di Tahun 2023
Namun, Praska mengingatkan, e-commerce hanya platform yang menyediakan transaksi online, sehingga mereka mendapat tantangan di saat kondisi sudah mulai normal.
“Jadi, mereka harus menyiapkan fitur-fitur kenyamanan dan kemudahan serta daya tarik dari sisi konsumen maupun merchant yang transaksi melalui platform tersebut,” tuturnya.
Dari sisi kinerja harga saham, Praska melihat potensi peningkatan konsumsi masyarakat tahun ini masih belum mempengaruhi harga saham emiten-emiten e-commerce.
Baca Juga: Konsumsi Domestik Tumbuh, Cermati Tren Bisnis E-commerce Tahun Ini
Melansir laporan keuangan, rugi bersih PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencapai Rp 3,86 triliun pada kuartal I-2023. Nilai tersebut menyusut 40,31% dari Rp 6,47 triliun di kuartal pertama 2022.
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan rugi periode berjalan sebesar Rp 971,02 miliar per Maret 2023. Nilai tersebut berbalik dari laba bersih Rp 14,55 triliun pada Maret 2022.
“Jadi, investor masih wait and see terhadap kinerja mereka. Pergerakan harga saham BUKA dan GOTO tampaknya masih melandai bearish jangka panjang,” ungkapnya.
Praska merekomendasikan trading buy untuk GOTO dan BUKA. Untuk GOTO, target harga jangka pendek ada di Rp 128 per saham. Sementara, target harga BUKA Rp 248 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News