Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat
Deddy mengatakan, besar atau tidaknya dampak penetapan tarif impor Eropa terhadap produk CPO Indonesia, sangat bergantung pada seberapa besar konsistensi penerapan program B30.
"Kalau Indonesia konsisten menjalankan program B30, maka pengenaan tarif tersebut tidak akan terlalu berdampak besar bagi harga CPO, karena terserap dan tidak terjadi penumpukan stok," jelasnya.
Baca Juga: Pasca uji coba, pemerintah siap terapkan program biodiesel B30
Secara teknikal, pergerakan harga CPO masih berpotensi menguat di jangka menengah. Dalam tiga bulan ke depan, harga CPO masih berada di atas moving average (MA)50, MA100 dan MA200 yang mengindikasikan penguatan.
Selanjutnya, indikator stochastic berada di area 94 yang artinya harga sudah overbought dan berpotensi koreksi. Indikator RSI berada di area 78 yang mengindikasikan potensi koreksi, dengan indikator MACD yang masih berada di area positif.
Menurut Deddy, tidak menutup kemungkinan harga CPO bisa menyentuh level RM 3.000 per ton, bergantung pada konsitensi Indonesia dalam menjalankan program B30 dan B20.
Baca Juga: Gugatan CPO ke Uni Eropa Siap Melayang
Hingga akhir 2019, Deddy memprediksi, harga CPO akan berada di rentang cukup lebar yakni RM 2.700 hingga RM 2.900 per ton. Sedangkan untuk jangka menengah, rentang harga berada di kisaran RM 2.500 per ton hingga RM 2.800 per ton, dengan rekomendasi lepas atau jual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News