Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bursa Asia yang tercermin dalam indeks MSCI Asia Pacific Naik 0,3% ke level 147,06 pada pukul 16.02 waktu Hongkong.
Indeks Nikkei naik 0,35% ke level 15.213,6, indeks Hang Seng naik 0,81% ke level 24.890,3, dan indeks Shanghai naik 0,06% ke level 2.222,88.
Andri Goklas, analis OSO Securities mengatakan, bursa Asia bergerak variatif dengan kecenderungan menguat. Kenaikan bursa Asia didorong oleh meredanya konflik geopolitik di berbagai negara, seperi Ukraina dan Irak.
Di sisi lain, data rilis PDB Jepang yang melemah dan retail sales China yang juga turun dari 12,4% menjadi 12,2% menjadi sentimen negatif bagi bursa Asia. "Namun investor tidak menghiraukan sentimen tersebut," kata Andri.
Alwy Assegaf, analis Universal Broker Indonesia mengatakan, redanya konflik geopolitik membuat investor kembali melirik aset beresiko. Hal ini terlihat dari menguatnya bursa saham global, termasuk Asia.
Sementara, menurunnya data penjualan ritel China, menurut Alwy, memunculkan spekulasi bahwa China masih membutuhkan stimulus untuk mendorong perekonomiannya. "Isu stimulus bisa menjadi amunisi untuk menguatkan bursa Asia," papar Alwy.
Andri mengatakan pergerakan bursa Asia pada Kamis (14/8) akan terpengaruh oleh data reatil sales di Amerikan Serikat yang diperkirakan stagnan dan sejumlah data GDP dari Eropa. Andri menduga Bursa Asia akan melemah terbatas.
Menurut Alwy, salah satu pejabat The Fed akan berpidato terkait perekonomian pada Rabu malam. Jika pidato tersebut mampu menaikkan Bursa Wall Street, Alwy menduga Bursa Asia akan turut naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News