kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -0,14   -0.02%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konflik Timur Tengah Masih Panas, Ini Rekomendasi Saham Migas: MEDC, PGAS, AKRA, ELSA


Senin, 03 Juni 2024 / 05:25 WIB
Konflik Timur Tengah Masih Panas, Ini Rekomendasi Saham Migas: MEDC, PGAS, AKRA, ELSA
ILUSTRASI. Emiten sektor minyak dan gas (migas) akan terdampak positif dari kenaikan harga minyak.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten sektor minyak dan gas (migas) akan terdampak positif dari kenaikan harga minyak seiring perang masih memanas di Timur Tengah. Di sisi lain, jumlah pasokan dan permintaan akan berpengaruh bagi prospek jangka panjang harga migas.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan, konflik geopolitik khususnya di kawasan timur tengah tentu saja akan berperan penting pada pergerakan harga minyak dunia saat ini. Sebab, negara-negara di kawasan timur tengah merupakan produsen minyak mentah dunia dengan porsi yang besar.

Timur Tengah saat ini masih merasakan ketegangan akibat Israel yang menyerang Rafah pada 26 Mei 2024 lalu. Kemungkinan juga akan terjadi perang besar di wilayah tersebut seiring negara-negara arab seperti Mesir, Lebanon, Yaman, Syria, Iran mengecam aksi Israel.

“Jika tensi ketegangan meningkat akan berdampak pada kenaikan harga-harga komoditas global khususnya minyak mentah,” ujar Miftahul kepada Kontan.co.id, Jumat (31/5).

Baca Juga: Di Tengah Koreksi IHSG Sejumlah Saham LQ45 Menunjukkan Sinyal Rebound, Ini Daftarnya

Di samping itu, Miftahul melihat, arah suku bunga juga akan berdampak pada harga minyak global. Meskipun, saat ini memang sentimen utamanya adalah tensi ketegangan geopolitik di kawasan timur tengah.

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed dan bank sentral lainnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan berakibat pada permintaan bahan bakar. Kekhawatiran permintaan lebih lanjut dapat diredam oleh penguatan dolar AS, yang membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menjelaskan bahwa perubahan dinamika kondisi geopolitik secara umum biasanya akan berimbas pada pergerakan harga komoditas.

Dengan potensi kenaikan harga komoditas, maka dipersepsikan akan timbul kenaikan inflasi. Lalu, kenaikan inflasi akan dipersepsikan tingkat suku bunga tinggi guna untuk mengendalikan inflasi tersebut.

Namun, Reza bilang, pergerakan harga komoditas minyak dan gas terkerek sampai ke harga tertentu itu akan sangat tergantung kondisi dan permintaan pelaku pasar.

Baca Juga: Waspadai Volatilitas IHSG di Bulan Juni, Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik

Fokus saat ini tertuju pada Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak beserta sekutunya (OPEC+) yang akan menggelar pertemuan pada hari ini, Minggu (2/6). Kesepakatan yang akan dirumuskan pada pertemuan tersebut dapat mencakup perpanjangan pemotongan produksi hingga 2025, atau seluruh pemotongan produksi berlanjut hingga kuartal ketiga dan kuartal keempat 2024.

“Dengan adanya sentimen perang dan suku bunga, maka dipersepsikan perolehan pendapatan untuk emiten migas akan mengalami kenaikan. Meski secara riil di lapangan belum tentu seperti itu,” jelas Reza kepada Kontan.co.id, Sabtu (1/6).

Reza menuturkan, sentimen-sentimen tersebut seperti kenaikan harga minyak mentah memang dapat membentuk perubahan pada harga saham emiten migas. Namun demikian, kita juga harus memperhatikan volume beli dan jualnya suatu saham terkait untuk dapat melihat market timing dari saham-saham tersebut.

Baca Juga: LQ45 Terpuruk Saat IHSG Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Blue Chip Berikut

Adapun berikut rekomendasi saham emiten migas dari beberapa analis. Simak ulasannya.

1. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

MEDC merupakan pilihan utama di sektor minyak di tengah konflik geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Kami melihat MEDC sebagai proksi utama untuk prospek kenaikan harga minyak dan harga saham belum sepenuhnya memperhitungkan investasi MEDC di bisnis listrik dan gas.

Katalis pemeringkatan ulang MEDC adalah keberhasilan akuisisi aset hulu, persetujuan proyek pembangkit listrik tenaga surya di Batam dan biaya tunai yang lebih baik untuk operasi pertambangan. Sementara risiko bagi MEDC adalah penurunan cadangan gas di blok Corridor secara tiba[1]-tiba dan permintaan gas yang lebih lemah dari perkiraan sebelumnya dari Singapura.

  • Rekomendasi: Add
  • Target harga: Rp 1.700 per saham
  • Analis CGS CIMB Sekuritas Indonesia, Bob Setiadi, dalam riset 8 Mei 2024

Baca Juga: Inflasi AS Sedikit Naik di Bulan April, Daya Beli Konsumen Melemah

2. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

Kami meningkatkan estimasi pendapatan 2024-2025 sebesar 20-30% untuk memperhitungkan perkiraan margin distribusi yang lebih tinggi. Margin distribusi gas pada kuartal I-2024, kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tahun ini. Seperti yang diperkirakan, PGAS akan mulai menggunakan campuran LNG untuk mengompensasi pasokan gas yang lebih rendah pada akhir kuartal II-2024.

PGAS melaporkan pendapatan yang kuat dengan pertumbuhan sebesar 41% YoY pada kuartal I-2024, didorong oleh margin distribusi gas pada US$2,25 per mmbtu dibandingkan US$1,6 per mmbtu pada kuartal I-2023.

Margin distribusi gas tersebut naik karena kendala pasokan gas yang menyebabkan penurunan kuota volume untuk pelanggan, dimana PGAS mengenakan biaya tambahan untuk jumlah gas melebihi kuota yang dialokasikan. Selain itu, biaya gas yang lebih rendah dari kontrak Blok Koridor baru sebesar US$5,4 per mmbtu dibandingkan sebelumnya sekitar US$5,9 per mmbtu.

  • Rekomendasi: Netral
  • Target harga: Rp 1.370
  • Analis JP Morgan Sekuritas, Arnanto Januri, dalam riset 30 April 2024

Baca Juga: 19 Saham Emiten Keluar dari Papan Pemantauan Khusus BEI di Bulan Mei

3. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

Kami tetap mempertahankan pandangan positif terhadap AKRA, meskipun kinerja pada kuartal pertama 2024 mengalami perlambatan. Pendapatan AKRA diproyeksi meningkat akan didorong oleh pertumbuhan segmen distribusi dan perdagangan, serta segmen lahan kawan industri yang kuat karena optimisme manajemen untuk menjual lahan seluas 130 ha di tahun 2024, daripada 91 ha di tahun 2023.

AKRA juga mengharapkan dapat menikmati pendapatan keuangan yang lebih tinggi disertai tingkat suku bunga tinggi dan pengeluaran yang lebih rendah dari posisi kas yang memadai.n Sehingga, kondisi ini memungkinkan potensi pertumbuhan laba AKRA sebesar 13,4% YoY dan 14,5% YoY pada tahun 2024 – 2025.

  • Rekomendasi: Buy
  • Target harga: Rp 2.000
  • Analis MNC Sekuritas, Vera, dalam riset 21 Mei 2024

Baca Juga: Awal Juni Disambut Rilis Data Ekonomi, IHSG Diprediksi Fluktuatif pada Senin (3/6)

4. PT Elnusa Tbk (ELSA)

Secara teknikal, ELSA saat ini tengah berada di dalam masa fase koreksi minor dan belum ada tanda tanda kembali berbalik menguat (rebound). Meski begitu, saat ini ELSA telah memasuki area support di rentang harga 400 - 414, jadi kami lebih dahulu merekomendasikan wait and see sembari menunggu sinyal konfirmasi pembalikan harga.

  • Rekomendasi: Wait and see
  • Target harga : Rp 420
  • Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer

Selanjutnya: Bisnis Hotel dan Mal Menopang APLN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×