Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iran melancarkan aksi balas dendam terhadap Amerika Serikat (AS) dengan menyerang pangkalan militer AS yang berada di Irak sebanyak dua kali pada Rabu (8/1) pagi. Sebelumnya, Jumat pekan lalu, AS melakukan serangan militer yang menewaskan pemimpin militer Iran, Jenderal Qasem Soleimani.
Direktur Utama CSA Institute Aria Samata Santoso mengatakan, konflik AS-Iran yang kian memanas ini membawa tekanan pada industri keuangan. Alhasil, investor akan terlebih dahulu memindahkan investasinya ke instrumen yang lebih stabil sehingga menyebabkan koreksi di bursa saham.
Baca Juga: Analis rekomendasikan wait and see untuk saham emiten pelayaran
Menurut dia, dalam jangka pendek, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menyentuh level 6.200. Pada perdagangan Rabu (8/1), IHSG turun 0,87% ke 6.225. Seluruh indeks sektoral saham mencatatkan penurunan, kecuali sektor tambang yang naik 0,19%.
Aria memprediksi, konflik geopolitik di Timur Tengah ini akan menjadi sentimen yang mendominasi bursa saham sepanjang kuartal I-2020. "IHSG sangat mungkin turun ke 6.000 hingga 5.900 apabila sampai akhir kuartal ini konflik di Timur Tengah tidak mereda. Itu akan membuat kepanikan yang lebih besar," ucap dia di Jakarta, Rabu (8/1).
Meskipun begitu, berdasarkan historis, ia memprediksi ketegangan politik di luar negeri seperti ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, Aria yakin IHSG sampai akhir 2020 bisa mencapai level 6.700-6.750 dengan catatan tidak ada kekacauan yang membesar.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memprediksi, dengan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini, IHSG masih akan turun lagi tapi bertahan di 6.000.
Pasalnya, masih ada sentimen positif yang berasal dari penandatangan kesepakatan dagang tahap I antara AS-China yang akan berlangsung pertengahan Januari 2020. "Jadi, ketegangan geopolitik ini tidak serta merta menghilangkan sentimen positif yang ada," kata Nico.
Dalam kondisi seperti ini, Aria menyarankan investor jangka pendek untuk memperdagangkan saham-saham yang mendapat dampak positif dari eskalasi konflik AS-Iran ini.
Sebut saja saham-saham pertambangan minyak seperti PT Medco Energy Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA), serta emas seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT J Resources Asia Pasifika Tbk (PSAB).
Akan tetapi, menurut dia, kenaikan harga saham-saham tersebut cenderung terbatas. Pasalnya, laju saham-saham emiten yang berhubungan dengan minyak dan emas sudah terjadi sejak sebulan terakhir.
Di sisi lain, untuk investor jangka menengah dan panjang, Aria menyarankan investor untuk memperhatikan saham-saham sektor barang konsumsi, keuangan, dan konstruksi. Sektor barang konsumsi dipilih karena tergolong defensif dan sektor keuangan karena diprediksi akan tetap mencatatkan pertumbuhan dibanding 2019.
Baca Juga: Ketegangan geopolitik Iran-AS meningkat, begini saran analis untuk atur portofolio
Sementara konstruksi direkomendasikan karena memiliki proyek dengan nilai ribuan triliun yang masih perlu diselesaikan. "Jadi, saat harganya turun seperti saat ini, investor bisa mulai cicil beli untuk dapatkan peluang keuntungan nantinya," kata Aria.
Nico juga merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham pertambangan minyak dan emas, terutama MDKA karena masih punya potensi kenaikan yang lebih baik. Per perdagangan Rabu (8/1), harga MDKA ditutup naik 4,18% ke Rp 1.245 per saham dengan PER 21,84x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News