Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Minyak mentah naik ke level tertingginya dalam dua pekan, di New York. Reli ini dipicu munculnya kekerasan baru di Timur Tengah dan Afrika yang bisa memperpanjang ancaman terhadap pasokan minyak.
Minyak WTI untuk pengiriman Juni naik 78 sen menjadi US$ 113,07 per barel di New York Mercantile Exchange. Itu adalah harga intraday tertinggi sejak 11 April. Kontrak yang sama berada di level US$ 112,94 per barel, pada pukul 09.58 waktu Singapura. Sementara, minyak Brent untuk pengantaran Juni naik 0,4% ke US$ 124,54 per barel di bursa ICE Futures Europe.
Harga minyak melesat setelah pasukan keamanan Suriah menahan sedikitnya 200 pengunjuk rasa, juga tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kerusuhan akan berakhir di Yaman. Sementara, Senator AS John McCain mengatakan, pemberontak di Libya membutuhkan bantuan lebih dalam perang melawan pasukan Muammar Qaddafi.
Di sisi lain, Arab Saudi sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di dunia, menegaskan tidak berencana meningkatkan kapasitas produksinya.
Presiden Acuvest Commodity Brokers Inc. John Caiazzo menyebut, tindakan terkoordinasi untuk menjatuhkan Qaddafi menambah kekhawatiran pasar, sehingga mendorong pembelian baru atas minyak mentah. "Daerah produksi minyak lain juga mengalami gejolak termasuk Yaman dan Suriah," ujarnya.
Ken Hasegawa, manager trader dari Newedge di Tokyo, menambahkan kekerasan politik di Nigeria, sebagai produsen minyak terbesar di Afrika juga mendukung kenaikan harga minyak.
Adapun, sebagian besar analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, pekan ini harga minyak masih akan lanjut reli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News